Gadis-Gadis Malam

By Astri Soeparyono, Minggu, 17 Juni 2012 | 16:00 WIB
Gadis-Gadis Malam (Astri Soeparyono)

            "Omong-omong namamu siapa?"

            "Milane."

            "Wah, kayak klub sepak bola, dong."

            "Bukan M-I-L-A-N," ia meralat, "Tapi M-I-L-A-N-E. Mi-la-ne. E-nya enggak dibaca. Kakakku," Dia menunjuk kakaknya, "Namanya Alin, ditulis A-L-E-E-N-E. terus adikku, Tilane, T-Y-L-L-A-N," ia menjelaskan panjang lebar.

            "Ah, ribet banget, sih!" komentarku. Tapi sebelum Milane sempat menjawab, Aleena sudah memanggilnya pulang.

            "Makasih ya, Mas. Sori ngerepotin," kata Milane sambil beranjak pergi.

            Aku mengawasi mereka bertiga keluar dari studio. Tyllan menggerutu gara-gara kedua kakaknya sibuk dengan urusan masing-masing, melupakannya. Pintu studio tertutup pelan. Aku kembali bengong sendirian. Sepuluh menit kemudian...aku sadar Milane belum membayar!

***

            Mereka datang lagi esok malamnya. Jam delapan lebih sedikit. Rupanya ini penyebab Jon mengumpulkan desain-desain undangan, karena Aleena mau memilihnya. Kali ini Tyllan ikut kakak sulungnya memilah-milah desain yang cocok.

            Milane? Dia menghempaskan diri di sebelahku sambil nyengir kuda.

            "Kemarin aku belum bayar, ya? Berapa?" tanyanya tanpa basa-basi.

            "Iya nih. Gimana, sih?" gurauku. Padahal aku kan juga lupa. "Dua ribu saja deh."