Aku, Kopi

By Astri Soeparyono, Minggu, 15 April 2012 | 16:00 WIB
Aku, Kopi (Astri Soeparyono)

          Lalu ketika akhirnya aku akhirnya berhasil laku oleh seorang pedagang kopi, Mas Rangga, yang sedang merintis usaha sebagai distributor kopinya, betapa bahagianya Bang Iwan. Aku senang, tapi juga sekaligus sangat sedih.

          Mengapa?

          Tiba saatnya untukku untuk meninggalkan Bang Iwan. Aku akan berubah menjadi baru. Aku tidak tahu seperti apa. Aku hanya merasa sangat sedih. Selamat tinggal bang Iwan...

***

          Mas Rangga menjualku pada Koh Hanun. Si Cina sukses yang pandai melirik orang-orang yang sedang merintis karirnya, seperti Mas Rangga ini. Orang baru pasti tidak akan terlalu mahal menjual barangnya. Iya tidak?

          Koh Hanun senang sekali. Ia berhasil mendapatkan kopi sehat tanpa campuran bahan kimia sedikitpun tapi dengan harga yang murah. Wow.

          "Hoho. Pemuda lugu. Anak baru. Tidak tahu dia, kopi macam ini, jarang ditemukan, dari warnanya saja sudah kelihatan kalau kopi asli. Mahal. Tapi dia jual dengan murah...Ha-ha-ha..."

          Sakiit, mendengarnya. Tapi mau bagaimana lagi?

          Lalu, kalau sudah seperti ini, maka Koh Hanun pun bisa melanjutkan rencana kerja samanya pada Pak Widjaja yang seorang importir tani yang sukses menjalin kerja pada beberapa perusahaan multinasional ternama.

          Cek ditandatangani. Kontrak deal.

          Pak Widjaja sangat menyukaiku yang katanya hitam pekat wangi dan murni kopi. Katanya, kopi ini sangat dicari oleh banyak pabrik. Ia memuji Koh Hanun. Kontrak akan diperpanjang selama Koh Hanun masih bisa memasok kopi sepertiku lagi padanya.

          Yah. Dan begitulah.