RUMIT

By Astri Soeparyono, Kamis, 22 September 2011 | 16:00 WIB
RUMIT (Astri Soeparyono)

***

          BRUK!

          Terdengar suara berdebun seperti seseorang sedang meninju pintu kamar mandi. Aku, yang baru saja keluar dari salah satu bilik toilet, tentu saja terkejut dan mengurungkan niatku untuk segera keluar dan kembali ke kelas. "Aku kesal banget sama Tian kalau gini jadinya!" sebuah suara terdengar dari luar.

          Suara yang lebih berat menyahut. "Kok kamu bisa-bisanya sih, Sit, tahan pacaran sama dia sampai tujuh bulan?"

          "Enggak ngerti... yang aku tahu kita lagi enggak ada masalah apa-apa..." Suaranya terdengar serak. Aku kenal suara itu. Aku yakin itu suara Kak Sita. Beberapa saat kemudian, dia mulai menangis. "Tiba-tiba, dia jadi dekat sama Rani... terus dia langsung ninggalin aku gitu saja."

          "Padahal dulu Tian bilangnya enggak suka sama Rani karena dia orangnya rada nerd... Ternyata, dia menjilat ludahnya sendiri!"

          Aku terdiam. Ya, Rani yang dimaksud tentu saja kakakku. Dia memang bukan orang yang terkenal, dan kutahu kakak adalah seorang anak pendiam, tapi bukan berarti itu semua menjadikannya seorang nerd, kan?

          Aku tidak pernah suka dengan Kak Sita dan teman-temannya, tetapi perasaan aneh timbul dalam hatiku. Apa benar kakak tega ngerebut pacar teman sendiri? Pembicaraan ini membuatku muak sekaligus bingung di lain pihak, aku membenci saat mereka menjelekkan kakak - namun di sisi lain, jika itu benar, maka kakak sudah keterlaluan. Hanya melihatnya saja aku sudah tahu kalai Kak Sita benar-benar menyukai Kak Tian. Sepertinya, semua ini berhubungan dengan semua kumpulan notes yang terdapat dalam binder kakak. Tapi, ah, aku tidak mau ambil kesimpulan apa-apa.

          Akhirnya, tanpa mengucapkan sepatah kata pun, aku berjalan keluar toilet, member sedikit sapaan kepada mereka yang tentu saja terbengong keheranan, sambil memasang tampang tidak tahu apa pun.

          Terserah mereka mau apa.

***

          Hari ini tepat seminggu sejak para senior mulai bersikap dingin padaku. Hal yang tentu saja tanpa disadari berdampak pada hubunganku dengan teman-teman seangkatan. Tapi bukan itu masalahnya. Aku masih penasaran dengan kerlibatan kakak. Di tambah lagi, di saat akhir semester satu ini, Kak Tian dan kakak mulai jarang ambil bagian dalam kegiatan teater.