Anehku, Anehmu Dan Anehnya

By Astri Soeparyono, Kamis, 4 Agustus 2011 | 16:00 WIB
Anehku, Anehmu Dan Anehnya (Astri Soeparyono)

         Lalu, saat di taman, suatu aku coba bertanya pada Raka,"Aneh yang memuakkan itu , ketika kamu merasa ingin membunuh Silva, padahal kamu sadar dia sahabatmu sendiri?" Investigasi terselubung, pikirku. Semoga dia tak sadar dan menagkap umpan ini.

         "Ya, aneh yang memuakkan  itu ketika kamu bersandiwara di depan Silva, padahal memang sewajarnya kamu berlaku seperti itu,"

         Raka tak pernah tahu, anehnya anehku juga. Aneh yang memuakkan bagiku ketika aku tahu aku adalah pacar Silva saat aku  di depan banyak orang, ketika aku juga tahu aku ingin bersama Raka di saat dan tempat yang sama.

         Saat aku ingin memberi support pada Raka habis-habisan, ketika pikiran Raka nulai irasional dengan membenci Silva.

         Silva itu sahabat Raka. Dari saat  mereka kecil, saat mereka sama-sama ditinggal orang tua masing-masing dengan alasan klise ala rich parents; bekrja di luar negeri.

         Bagi Silva, aneh yang memuakkan itu ketika ia menunggu saluran telepon genggamku sampai tidak sibuk lagi. Karena dia ingin menelpon. Ketika Silva sibuk bertanya-tanya siapa yang mengobrol denganku via telepon?

         Atau ketika teleponnya sengaja kuangkat, namun dengan sengaja pula aku meng-hold-nya untuk beberapa saat. Dengan kasar dia akan menjawab panggilan sayangku, setelah aku mengaktifkan salurannya kembali.

         Aku tahu, dia bertanya-tanya dan mengandai-andai dalam hati dan otaknya. Namun ia tak pernah menanyakannya, bahkan sekedar menyinggungnya.

         Jadilah, aku semakin menjadi  bergerilnya dengan Raka. Telepon, chat, text message, bahkan secara face to face pun kami mulai memberanikan diri.

         Ini bagian aneh yang menyenangkan  bagiku, juga bagi Raka.

         Bagiku, berjalan bersama Raka ketika aku tahu Silva sedang berpeluh melakukan hobi favoritnya, main bola, adalah rasa aneh sekaligus ketakutan. Aneh dalam artian orang-orang mengenalku sebagai pacar Silva, bukan pacar sahabatnya Silva. Menyenangkan  dalam lingkup yang sama juga, ini jalan perdana kami-aku dan Raka-setelah beberapa waktu kami meresmikan komitmen kami.

         Bagi raka, mungkin tidak jauh penafsirannya dengan yang aku piker. Raka tahu dia berada dalam posisi yang riskan namun aman. Dia tahu berjalan denganku adalah hal yang menyenangkan, meskipun banyak kemungkinan persahabatannya dengan Silva terancam hancur.