Gini, Cara Memilih Pemimpin Menurut Ridwan Kamil

By Astri Soeparyono, Kamis, 9 Februari 2017 | 12:45 WIB
Ridwan Kamil: Panduan Untuk Remaja Memilih Calon Pemimpin (Astri Soeparyono)

Wali Kota Bandung ini yakin kalau menggunakan hak pilih itu wajib banget sebagai perjuangan untuk mewujudkan keinginan kita. Dan yang pasti, agar hidup kita enggak diatur oleh orang yang enggak paham apa yang kita inginkan. Termasuk memilih dalam Pilkada 2017 ini, girls. Nah, buat kita yang baru pertama kali dapat hak pilih atau mungkin masih bingung mau memilih siapa, Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil, berbagi nih sama kita panduan memilih calon pemimpin buat remaja. Simak yuk!

"Sebenarnya Dalam bentuk OSIS atau organisasi apa pun. Karena enggak semua orang bisa bicara maka harus diwakilkan. Jadi, politik itu kuncinya menyampaikan apa yang kita mau dengan cara diwakilkan pada orang yang kita percaya (melalui pemilihan). Kalau suara kita enggak digunakan sebagaimana mestinya, nanti jangan menyalahkan kalau orang yang salah mengatur hidup kita."

"Jadi kalau remaja pengin hidupnya lebih keren dan lebih seru, pilih orang-orang yang suatu hari nanti kita percaya akan bisa mengatur hidup kita untuk jadi lebih baik, bukan jadi lebih buruk. Makanya jangan salah pilih. Itu sebenarnya.

"Kuncinya yang pertama, Googling aja. Kalau terlalu muluk-muluk, jangan dipilih. Tapi kalau masuk ke logika kita, bisa kita wujudkan dengan cepat, dengan cara-cara yang masuk akal, berarti dia punya peluang. Tapi kalau terlalu jauh dan enggak masuk ke logika kita, ya enggak usah."

 

Apakah dia pernah korupsi atau punya masalah? Semakin track record-nya bersih, semakin baik. Minimal bersih ya, kalau pun enggak berprestasi. Tapi kalau dia bersih dan berprestasi, itu bisa jadi pilihan."

"Makanya kita sebagai pemilih harus lebih pintar daripada pencitraan yang dilakukan oleh calon-calon yang akan dipilih. Caranya bagaimana? Ya, Dia benar pintar atau enggak? Punya kapabilitas atau enggak? Dan sebagainya. Enggak bisa kalau tanpa riset."

"Itu karena beritanya buruk-buruk. Makanya, jangan salah pilih. Belajar dari sejarah, bagaimana hebatnya orang-orang hebat mengubah dunia. Gunakan internet dan buku-buku sejarah untuk mencari informasi. Kedua, kalau enggak nyoblos, nanti suaranya dikerjai orang. Dikasih ke orang yang tidak bertanggung jawab. Nanti hasilnya juga jadi enggak seperti yang kita harapkan."

Terkadang, enggak perlu orang yang pintar banget, yang penting dia mau kerja. Pintar banget juga kalau dia enggak mau kerja, pasti susah. Tapi zaman sekarang itu butuh Kalau Pak Jokowi menerjemahkannya sebagai blusukan atau hal-hal yang sifatnya di lapangan."

"Tapi, harus pintar juga, karena sebagai pemimpin itu kan mendorong dan mengarahkan. Enggak harus selalu pintar secara akademik, yang penting cerdas. Cerdas mengambil keputusan, cerdas mengambil solusi. Lalu punya empati, tegas, punya kejujuran, amanah dan sebagainya."

"Indonesia itu negeri anak muda, Bandung saja, 40% penduduknya di bawah 40 tahun. Anak muda itu punya keunggulan, satu, fisiknya kuat. Kedua, rata-rata pintar karena sekolah. Jadi Harapannya, orang melihat kalau gelombang pemuda begitu banyak melakukan perubahan sehingga masyarakatnya terinspirasi kan? Makanya, betul kata Bung Karno, bahwa untuk mengubah dunia, cuma pemuda yang dibutuhkan, bukan orangtua. Dan cukup sepuluh. Bukan tujuh ya, kalau tujuh nanti jadi boy band. He-he-he...."

 

"Oh ya? Ha-ha-ha...."

Kalau kita masih bingung dan butuh lebih banyak info soal Pilkada 2017, kita bisa banget baca invole untuk awal Februari ini yang mebahas dengan lengkap Pilkada 2017, khususnya bagi kita para remaja atau anak muda. Cek artikelnya di sini ya:.