Selain orientasi seksual, hal lain yang harus kita pahami adalah identitas seksual. “Ini terkait tentang otak, yaitu apa yang kamu pikirkan tentang dirimu? Inilah yang dimaksud dengan identitas seksual, yaitu bagaimana kamu melihat dirimu dan kamu nyaman dengan itu. Kamu juga ingin orang lain mengenal dirimu sesuai yang kamu inginkan,” lanjut Harry.
Dalam identitas seksual ini, kita mengenal istilah lesbi, gay, biseksual, dan transgender (LGBT).
Sehari-hari, banyak yang langsung menuduh bahwa seorang cowok yang terlihat kemayu atau feminin pasti gay. Atau sebaliknya, cewek tomboy seringkali dikira sebagai seorang lesbi. Padahal, ini belum tentu benar.
“Setiap orang memiliki maskulinitas dan feminitas. Masalahnya, sisi mana yang dominan? Ini disebut ekspresi seksual, yaitu bagaimana seseorang menampakkan dirinya. Dan, ekspresi ini enggak sama dengan orientasi seksual, sehingga cowok yang feminin belum tentu seorang gay, begitu juga dengan cewek yang tomboy, enggak selamanya mereka lesbi,” jelas Harry.
(Baca juga: 4 Bagian Otak Yang Mempengaruhi Proses Jatuh Cinta)
Beranjak remaja, terutama di usia pubertas, ciri-ciri seksual mulai bermunculan. Hasrat seksual juga mulai muncul, termasuk rasa tertarik terhadap orang lain.
Dalam perkembangannya bisa terjadi dua hal, yaitu tertarik kepada lawan jenis, dan ada juga yang tertarik dengan sesama jenis. “Sebenarnya, tidak ada perbedaan antara munculnya rasa suka terhadap lawan jenis dan sesama jenis. Awalnya sama saja, ada sesuatu di diri orang lain yang membuat kita tertarik,” jelas psikolog Dessy Ilsanty, M.Psi, Psi.
Ada banyak pendapat mengenai alasan seseorang bisa menjadi homoseksual. Salah satunya, homoseksual dipengaruhi oleh kondisi biologis yang merupakan bawaan dari lahir, meski sampai sekarang hal ini masih sering menjadi perdebatan.