Sudah Lama Dekat Dengan Cowok, Tiba-Tiba Ditikung Sama Sahabat Sendiri. Kesal Banget, Ya!

By Ifnur Hikmah, Selasa, 24 April 2018 | 10:00 WIB
www.dramacoffee.com (Ifnur Hikmah)

Bukannya mendukung aku eh di belakang malah sebenarnya dia juga suka. Aku kelihatan bodoh banget. Kita akhirnya saling menjauh dengan sendirinya dan cuma saling sapa kalau enggak sengaja ketemu. Untungnya sih kita enggak sekelas lagi.” (Catherine, 18 tahun, Bekasi)

Lesson Learned: jujur itu penting banget. Kalau kita dan sahabat sama-sama tahu naksir cowok yang sama, tentunya kita bisa bersaing secara sehat. Ini bisa membuat risiko hubungan persahabatan bakalan rusak jadi lebih kecil.

Kita bisa saja naksir atau suka sama cowok yang lebih dulu deketin kita. Karena keseringan bareng, lama-lama perasaan suka itu tumbuh. Witing tresno jalaran soko kulino, kalau kata orang Jawa, alias cinta itu tumbuh karena terbiasa.

Sering pulang sekolah bareng, ngobrol lama di chat, saling balas-balasan mention atau komen di Path, lama-lama jadi muncul rasa lebih buat dia.

Kita pun menganggap dia memiliki perasaan yang sama, karena perhatiannya yang kita rasa enggak wajar kalau dibilang cuma perhatian ke teman.

Tapi, kok akhirnya dia malah jadian sama teman kita sendiri, ya? Usut punya usut, ternyata selama ini dia cuma memanfaatkan kita, alias menjadikan kita sebagai perantara buat deketin teman kita.

Dari awal niatnya memang enggak suka sama kita. Kebetulan saja, sahabat kita sendiri juga suka sama dia, sehingga mereka pun jadian.

Lesson Learned: enggak ada salahnya untuk berhati-hati. Pastikan dulu perasaan cowok yang deketin kita sebelum kita jatuh cinta sama dia.

Pasti ada kok hint yang enggak sengaja dia berikan yang menunjukkan niatnya yang sebenarnya. Tinggal kitanya aja, cukup peka atau enggak menangkap hint ini.

“Aku punya teman yang kompetitif banget. Aku baru sadarnya belakangan sih, setelah dia jadian sama gebetanku. Kalau diingat-ingat lagi, dia emang sering enggak mau kalau sama aku.
Aku abis beli apa, besokannya dia pasti beli juga. Aku cerita apa, dia pasti cerita yang lebih seru lagi. Nah, aku cerita kalau aku suka sama kakak kelasku. Dia sih mendukung aku buat pdkt.
Tapi tiap aku cerita, pasti ditimpalin kalau si kakak kelas do something gitu yang ditujukan ke dia. Pas aku lagi sama kakak kelas, dia pasti jadi lebih akrab sama kakak kelas itu.
Memang sih dia lebih supel sama aku sehingga orang-orang cepat akrab sama dia. Belakangan, malah mereka yang jadian, dan aku disadarin sama temanku yang lain kalau dia emang kayak gitu. Sakit hati, sih, ditikung kayak gitu.” (Ayu, 17 tahun, Jakarta)

Lesson Learned: kita harus lebih awas nih dalam menilai gerak gerik sahabat. Kadang kita memang enggak sadar kalau ada teman kompetitif di dekat kita.