Bukannya mendukung aku eh di belakang malah sebenarnya dia juga suka. Aku kelihatan bodoh banget. Kita akhirnya saling menjauh dengan sendirinya dan cuma saling sapa kalau enggak sengaja ketemu. Untungnya sih kita enggak sekelas lagi.” (Catherine, 18 tahun, Bekasi)
Lesson Learned: jujur itu penting banget. Kalau kita dan sahabat sama-sama tahu naksir cowok yang sama, tentunya kita bisa bersaing secara sehat. Ini bisa membuat risiko hubungan persahabatan bakalan rusak jadi lebih kecil.
Kita bisa saja naksir atau suka sama cowok yang lebih dulu deketin kita. Karena keseringan bareng, lama-lama perasaan suka itu tumbuh. Witing tresno jalaran soko kulino, kalau kata orang Jawa, alias cinta itu tumbuh karena terbiasa.
Sering pulang sekolah bareng, ngobrol lama di chat, saling balas-balasan mention atau komen di Path, lama-lama jadi muncul rasa lebih buat dia.
Kita pun menganggap dia memiliki perasaan yang sama, karena perhatiannya yang kita rasa enggak wajar kalau dibilang cuma perhatian ke teman.
Tapi, kok akhirnya dia malah jadian sama teman kita sendiri, ya? Usut punya usut, ternyata selama ini dia cuma memanfaatkan kita, alias menjadikan kita sebagai perantara buat deketin teman kita.
Dari awal niatnya memang enggak suka sama kita. Kebetulan saja, sahabat kita sendiri juga suka sama dia, sehingga mereka pun jadian.
Lesson Learned: enggak ada salahnya untuk berhati-hati. Pastikan dulu perasaan cowok yang deketin kita sebelum kita jatuh cinta sama dia.
Pasti ada kok hint yang enggak sengaja dia berikan yang menunjukkan niatnya yang sebenarnya. Tinggal kitanya aja, cukup peka atau enggak menangkap hint ini.
Lesson Learned: kita harus lebih awas nih dalam menilai gerak gerik sahabat. Kadang kita memang enggak sadar kalau ada teman kompetitif di dekat kita.