Sudah Lama Dekat Dengan Cowok, Tiba-Tiba Ditikung Sama Sahabat Sendiri. Kesal Banget, Ya!

By Ifnur Hikmah, Selasa, 24 April 2018 | 10:00 WIB
www.dramacoffee.com (Ifnur Hikmah)

Ketika kita naksir seseorang, seringkali kita curhat sama teman. Harapannya, dengan curhat ini, kita jadi dapat dukungan dari sahabat biar makin semangat buat pdkt.

Selain itu, kayaknya kurang sreg aja ketika kita ngegebet seseorang tapi enggak cerita sama teman.

Tapi, pernah enggak kebayang kalau tiba-tiba sahabat yang selama ini kita curhatin, dan tahu kalau kita suka banget sama satu cowok, eh malah dia yang akhirnya jadian sama cowok itu. Kesel banget pastinya.

Apalagi kalau sahabat enggak pernah cerita soal perasaanya sama si cowok. Atau malah semangat mendukung kita buat terus pdkt. Pastinya ini bakalan bikin nyesek banget, karena kita dikhianati oleh orang yang paling kita percaya.

Sebelum menyalahkan teman, ada beberapa skenario yang berada di balik kejadian ini. Buka halaman berikutnya untuk melihat beberapa kemungkinan yang bisa saja terjadi.

(Baca juga: Ada kalanya kita sering dideketin orang lain, terutama cowok, untuk dijadikan perantara biar lebih dekat dengan teman kita. Pastinya nyebelin banget. Klik di sini untuk membaca ceritanya)

Kemungkinan pertama, bisa saja sebenarnya sahabat kita juga suka sama cowok yang kita taksir. Namun, dia enggak ngaku karena kita sudah keburu cuhat duluan. Jadi, dia merasa enggak enak buat jujur.

Takutnya, kita akan merasa dikhianati karena dia naksir cowok yang sama. Atau enggak mau bersaing secara sehat. Karena enggak mau mengambil risiko persahabatan jadi rusak, teman pun memilih diam.

Namun ternyata, gebetan kita malah sukanya sama dia.

“Aku pernah naksir cowok dan curhat sama temanku. Aku sering banget curhat sama dia. Pokoknya dia tahulah aku suka sama cowok itu. Dia dengerin curhatanku, malah kayak ngedukung aku gitu. Tapi, gebetanku malah nembak dia dan dia nerima.

Mereka awalnya backstreet karena enggak enak sama aku, tapi akhirnya ketahuan. Aku marah sih, merasa dikhianati. Namun belakangan aku mikir kalau sebenarnya aku kecewa kenapa dia enggak jujur dari awal kalau juga naksir cowok itu.

Bukannya mendukung aku eh di belakang malah sebenarnya dia juga suka. Aku kelihatan bodoh banget. Kita akhirnya saling menjauh dengan sendirinya dan cuma saling sapa kalau enggak sengaja ketemu. Untungnya sih kita enggak sekelas lagi.” (Catherine, 18 tahun, Bekasi)

Lesson Learned: jujur itu penting banget. Kalau kita dan sahabat sama-sama tahu naksir cowok yang sama, tentunya kita bisa bersaing secara sehat. Ini bisa membuat risiko hubungan persahabatan bakalan rusak jadi lebih kecil.

Kita bisa saja naksir atau suka sama cowok yang lebih dulu deketin kita. Karena keseringan bareng, lama-lama perasaan suka itu tumbuh. Witing tresno jalaran soko kulino, kalau kata orang Jawa, alias cinta itu tumbuh karena terbiasa.

Sering pulang sekolah bareng, ngobrol lama di chat, saling balas-balasan mention atau komen di Path, lama-lama jadi muncul rasa lebih buat dia.

Kita pun menganggap dia memiliki perasaan yang sama, karena perhatiannya yang kita rasa enggak wajar kalau dibilang cuma perhatian ke teman.

Tapi, kok akhirnya dia malah jadian sama teman kita sendiri, ya? Usut punya usut, ternyata selama ini dia cuma memanfaatkan kita, alias menjadikan kita sebagai perantara buat deketin teman kita.

Dari awal niatnya memang enggak suka sama kita. Kebetulan saja, sahabat kita sendiri juga suka sama dia, sehingga mereka pun jadian.

Lesson Learned: enggak ada salahnya untuk berhati-hati. Pastikan dulu perasaan cowok yang deketin kita sebelum kita jatuh cinta sama dia.

Pasti ada kok hint yang enggak sengaja dia berikan yang menunjukkan niatnya yang sebenarnya. Tinggal kitanya aja, cukup peka atau enggak menangkap hint ini.

“Aku punya teman yang kompetitif banget. Aku baru sadarnya belakangan sih, setelah dia jadian sama gebetanku. Kalau diingat-ingat lagi, dia emang sering enggak mau kalau sama aku.
Aku abis beli apa, besokannya dia pasti beli juga. Aku cerita apa, dia pasti cerita yang lebih seru lagi. Nah, aku cerita kalau aku suka sama kakak kelasku. Dia sih mendukung aku buat pdkt.
Tapi tiap aku cerita, pasti ditimpalin kalau si kakak kelas do something gitu yang ditujukan ke dia. Pas aku lagi sama kakak kelas, dia pasti jadi lebih akrab sama kakak kelas itu.
Memang sih dia lebih supel sama aku sehingga orang-orang cepat akrab sama dia. Belakangan, malah mereka yang jadian, dan aku disadarin sama temanku yang lain kalau dia emang kayak gitu. Sakit hati, sih, ditikung kayak gitu.” (Ayu, 17 tahun, Jakarta)

Lesson Learned: kita harus lebih awas nih dalam menilai gerak gerik sahabat. Kadang kita memang enggak sadar kalau ada teman kompetitif di dekat kita.

Ciri-ciri paling jelasnya adalah sifatnya yang enggak mau kalah. Apa-apa pasti maunya lebih dari kita. Jadi, enggak heran kalau ketika kita naksir atau dekat dengan seseorang, jiwa kompetitifnya akan keluar.

Tanpa kita sadari, dia ikut PDKT sama gebetan kita.

Jawabannya, enggak selamanya persahabatan harus bubar karena masalah ini. Sakit hati itu pasti. Nyesek itu pasti. Karena kita merasa dikhianati oleh orang yang kita percaya.

Namun bukan berarti kita udahan temenan sama dia. Ketika kita rasa sudah enggak sedih atau enggak sakit hati lagi, lihat deh, skenario apa yang mungkin terjadi.

Kalau skenario, pertama, rasanya egois banget ya kalau kita melarang sahabat jadian dengan cowok yang dia suka dan juga suka sama dia karena kita? Kita bisa ngomongin hal ini baik-baik, kalau kita kecewa dia enggak jujur, but in the end, kita harus berlapang dada dan merelakan mereka.

Namun kalau kasusnya teman sengaja menikung kita, well, mungkin kita harus mempertanyakan ulang. Apa iya kita tetap harus berteman dengan orang yang jelas-jelas dan secara sadar memilih untuk menyakiti kita?

Hmm… kayaknya enggak, deh. Tapi, balik lagi ke diri kita masing-masing. Jika kita rasa sanggup menanggung ini, why not? Kita tetap bisa berteman dengan dia. Choose wisely, girls.