Keuntungan dan Kerugian Jadi Mahasiswa Kunang-Kunang

By Averina Lita, Minggu, 7 Januari 2018 | 07:45 WIB
cdn.purseblog.com (Averina Lita)

Banyak yang bilang, masa kuliah itu masa yang paling menyenangkan. Selain karena udah enggak dianggap anak kecil lagi, kita juga bebas mengatur jam kuliah sendiri.

Kalau kebetulan dapat mata kuliah yang jamnya enggak berurutan atau pulang cepat, bisa dimanfaatkan dengan nangkring sama teman di café atau jalan ke mall.

Lama-lama kita jadi mahasiswa kunang-kunang deh, yang artinya kuliah-nangkring, kuliah-nangkring.

Enggak ada salahnya menjalani masa kuliah dengan cara kayak gini. Tapi sebelumnya, cari tahu dulu yuk, apa aja keuntungan dan kerugian jadi mahasiswa kunang-kunang.

Kalau udah tahu, baru deh kita bisa memutuskan mau lanjut atau enggak.

Dengan ikutan nangkring bareng sepulang kuliah, kita bisa makin dekat sama teman. Belum lagi kalau teman kita mengajak temannya yang lain buat ikut nangkring.

Pergaulan kita pun jadi bertambah luas. Dari yang biasanya cuma saling bertukar senyum waktu papasan di kampus, siapa tahu kita dan teman yang baru kita kenal ini punya selera musik yang sama.

Kalau kita sering nangkring di mall, secara enggak sadar kita jadi lebih up-to-date sama model fashion terbaru yang kita lihat di etalase toko atau hal lain yang lagi hits.

Musik yang biasa diputar di coffee shop juga bikin referensi musik kita jadi bertambah dan makin bervariasi.

Mengobrol dan bercanda bareng teman bisa jadi obat yang ampuh buat mengusir kepusingan menghadapi setumpuk tugas atau dosen yang killer.

Kita juga bisa memanfaatkan waktu nangkring dengan curhat sama teman. Walaupun teman kita mungkin enggak bisa memberikan solusi, seenggaknya sedikit beban kita bisa berkurang.

Saking seringnya nangkring, kita jadi lupa belajar. Bahkan kita jadi lebih sering bolos kelas demi bisa pergi ke café yang sedang happening di Instagram, atau terlambat mengumpulkan tugas karena asik berburu barang sale.

Duh, jangan sampai ya, girls. Masa kuliah adalah masa di mana kita harus mulai bisa bertanggung jawab sama diri sendiri, termasuk membagi waktu antara belajar dan bersenang-senang.

Karena sudah merasa nyaman menghabiskan waktu dengan nangkring, kita jadi larut dalam masa kini dan melupakan masa depan.

Bukannya memikirkan bahan yang bisa dijadikan judul skripsi atau menyusun rencana apa yang akan dilakukan setelah lulus, kita udah puas hanya karena bisa pergi ke tempat hits atau mencoba makanan yang sedang populer.

Masih berhubungan sama dampak sebelumnya, keseringan nangkring bikin kita lebih suka malas-malasan.

Setelah lulus, kebiasaan ini terus berlanjut dan akhirnya kita jadi malas cari kerja. Perusahaan yang mau meng-hire kita juga bisa jadi berpikir ulang karena melihat resume kita yang kosong, baik dari aktivitas organisasi maupun pengelaman kerja magang atau part-time.