Pepatah “jangan lihat sesuatu hanya dari luarnya” emang terbukti bener banget. Seringkali apa yang kita lihat belum tentu sama dengan apa yang sebenarnya.
Begitu juga dengan cara kita memandang seseorang. Orang yang kita anggap mempunyai hidup sempurna, ternyata juga mempunyai sisi lain yang tidak ketahui. Kali ini Marchelli, mahasiswa jurusan Sastra Inggris dari Universitas Bunda Mulia, ingin berbagi kisahnya pada kita.
“Sejak SD, teman-teman, guru, serta orangtuaku selalu menganggapku anak istimewa, terutama di bidang pendidikan. Mungkin karena dari SD sampai SMA aku selalu mendapat ranking 3 besar, di masa-masa kuliah pun aku konsisten mendapatkan IPK 4 hingga semester 6. Predikat itu melekat pada diriku hingga kini.
Aku bersyukur karena prestasi-prestasi yang kudapatkan itu. Tapi kalau boleh jujur, sebenarnya untuk mencapai semua itu enggak semudah yang mereka sangka. Aku harus terus mengevaluasi bahan pelajaran di sekolah dan di kampus. Seringkali hingga larut malam. Ditambah dengan ekspektasi tinggi dari orang-orang terhadapku, membuat beban di pundakku semakin berat. Aku seperti harus selalu bertindak sesuai ekspektasi mereka dan enggak bisa secara bebas melakukan apa yang aku mau.”
“Hal yang paling berat bagiku adalah ketika aku harus menyenangkan banyak orang di waktu yang bersamaan. Di masa kuliah ini misalnya, saat di semester 4 dan 5 kemarin, aku memikul tanggung jawab lebih karena aku diangkat menjadi Ketua Himpunan Mahasiswa di kampusku. Di saat yang sama juga aku dipercayakan untuk mengikuti berbagai lomba oleh dosen-dosenku.
Di saat itu juga, aku mempunyai komitmen pada orangtua dan diriku sendiri untuk terus mendapat IP yang bagus. Belum lagi aku juga memiliki pacar yang butuh waktu dan perhatian dariku.
Di saat itulah aku capek sama segalanya. Aku nyerah sama lomba-lomba dan tugas-tugas kuliah, aku juga merusak hubungan dengan banyak orang. Itu momen yang menyedihkan karena lomba yang aku ikuti kalah telak, IP-ku turun, dan aku jadi punya musuh.”
Baca lagi lanjutan ceritanya ya!