Banyak Korban Penyiraman Air Keras adalah Perempuan. Apa Alasannya?

By Aisha Ria Ginanti, Kamis, 8 Maret 2018 | 08:30 WIB
Reshma Qureshi, korban air kerasa asal India yang kini jadi aktivis anti penyerangan air keras, sekaligus model yang pernah tampil di New York Fashion Week. Foto: nytimes.com (Aisha Ria Ginanti)

Sedang ramai kasus salah satu penyidik senior KPK, Novel Baswedan, disiram air keras oleh seseorang yang belum diketahui identitasnya. Kasus penyiraman air keras ini banyak terjadi di berbagai tempat. Bahkan, banyak korban penyiraman air keras ini adalah perempuan. Apa alasannya?

Menurut Poorvisha Ravi departemen Forensic Science, Tamil Nadu India mengatakan kalau air keras dipilih karena dijual bebas dan harganya murah. Sementara tujuan dari pelaku sendiri adalah untuk bisa menyakiti dan meninggalkan bekas secara permanen namun bisa kabur dengan cepat sehingga ia memilih air keras.

Tujuan utamanya bukan untuk membunuh, kematian lebih sebagai efek samping dari luka bakar yang diakibatkan oleh air keras.

Dari berbagai kasus, kebanyakan aksi menyiram air keras ini dilakukan oleh laki-laki kepada perempuan. Dengan alasan cemburu, patah hati, atau cintanya ditolak. Mereka ingin menyakiti secara permanen sebagai bentuk ‘menghukum’ atau ‘melecehkan’ dan enggak menghargai perempuan.

Sehingga ingin merusak wajah atau penampilan seseorang yang mereka rasa sudah menyakiti perasaan. Malah menurut Poorvisha Ravi, luka permanen yang menghilangkan identitas ini bisa dikatakan lebih menyakitkan daripada kematian yang mendadak.

Namun ada juga yang melakukannya dengan alasan kehormatan. Ya, demi mengembalikan kehormatan keluarga, seperti apa yang banyak terjadi di Pakistan. Di sana banyak perempuan yang disiriman air keras saat mereka dianggap merusak kehormatan keluarga (misalnya korban pemerkosaan). Hal ini jadi bentuk lain dari honor kiling (dibunuh demi kehormatan keluarga) yang juga banyak terjadi di Pakistan.

Acidviolence.org menjelaskan bahwa di beberapa kasus, penyiraman air keras ini merupakan kekerasan berbasis gender. Bahwa penyiraman air keras pada perempuan karena laki-laki merasa lebih punya kuasa atas perempuan.

Masih menurut Poorvisha, korban penyiraman asam banyak terjadi pada perempuan karena laki-laki merasa tersinggung dan merasa perempuan tidak layak menolak atau mempermalukan dirinya. Mereka menyiram air keras dengan pemikiran bahwa dengan wajah yang rusak, seorang perempuan tidak akan mendapatkan kesempatan untuk menemukan cinta atau menikah. Namun ada juga pelaku yang perempuan juga korban yang laki-laki. Walaupun jumlahnya tidak sebanyak yang sebaliknya.

Simak juga kisah Monica Singh (31) asal India. Awalnya dia adalah seorang model namun disiram air kelas oleh cowok yang dia tolak saat mengajaknya menikah. Monica sudah menjalani 43 kali operasi plastik pada wajahnya, tapi enggak bisa kembali seperti semula. Untung Monica bangkit. Kini dia jadi aktivis anti penyerangan air keras dan berhasil masuk Parsons, salah satu sekolah fashion terkenal di New York.