6 Hal Ekstrem yang Mungkin Terjadi Kalau Kita Salah Milih Jurusan Kuliah

By Natalia Simanjuntak, Senin, 29 Januari 2018 | 13:40 WIB
Buat yang baru pertama kali ngekost saat kuliah, ikuti 4 cara mudah beradaptasi ini (Natalia Simanjuntak)

Idealnya, saat menentukan jurusan kuliah yang ingin kita pilih harus berdasarkan pada passion kita. Tapi nyatanya yang terjadi enggak segampang itu.

Seringkali ada pertimbangan-pertimbangan lain yang harus kita pikirkan, kayak saran dari orangtua, dan lain-lain. Padahal kalau kita udah terlanjur terjebak dalam jurusan yang salah, akibatnya bisa fatal lho.

Ini 6 hal ekstrem yang mungkin terjadu kalau kita salah milih jurusan kuliah!

(Simak yuk 5 jurusan kuliah yang lulusannya paling dicari di sini.)

Sebenarnya sih kita minatnya di bidang komunikasi dan politik, tapi karena satu dan lain hal kita akhirnya milih buat masuk akutansi. Duh, gimana nih belajar hitung-hitungan yang super ribet?

Gimana cara menghapal rumus kalau kita aja enggak ngerti bedanya rumus satu dengan lainnya?

Bingung! Yang ada, setiap hari kita akan masuk kelas dengan raut wajah yang frustrasi dan mumet banget.

Karena enggak sesuai sama passion kita, mau belajar aja jadi males-malesan. Enggak ada tuh rasa semangat untuk belajar hal-hal baru.

Akibatnya pas lagi kuis dan tugas, nilai kita anjlok banget. Di akhir semester pun banyak mata kuliah yang harus ngulang. Hiks.

Karena tekanan mental dan problem lain seperti nilai akademis yang super jelek, suasana pertemanan di kelas pun jadi enggak kondusif. Kita ngerasa rendah diri buat bergaul sama teman-teman lain.

Soalnya dari luar aja mereka kelihatan antusias banget buat belajar sesuatu yang baru, sementara kita ngerti aja enggak.

Ada lho beberapa kampus yang menerapkan aturan drop out kalau siswanya enggak mencapai standar nilai tertentu selama beberapa semester. Ugh, kalau kita dikeluarin dari kampus, berarti harus ngulang dari awal dong di tempat lain? Pusing!

Biasanya salah satu pelarian kita dari rutinitas kuliah yang enggak menyenangkan adalah ke lingkungan pertemanan. Sayangnya, enggak semua orang punya habit yang baik untuk diikutin.

Banyak anak-anak yang sama depresinya kayak kita milih untuk menutupinya dengan minum alkohol, bolos kelas, jalan ke sana sini, pulang subuh, merokok, dan kebiasaan-kebiasaan buruk lainnya.

Kalau udah gini sih, kita enggak cuma ngancurin masa depan sendiri, tapi juga bikin sedih orang tua.

Selama kuliah kita kayak ogah-ogahan, soalnya emang terpaksa banget harus ngejalanin sesuatu yang enggak kita suka. Alhasil, enggak ada satu ilmu pun yang terserap di otak kita.

Boro-boro tau cara mengimplementasikannya, lah sekarang aja kita udah lupa nih apa yang baru kita pelajarin.

Padahal persaingan di dunia kerja itu tinggi banget. Gimana kita dapet pekerjaan yang bagus kalau enggak punya skill apa-apa?