Setiap tanggal 10 Mei diperingati sebagai Hari Lupus Sedunia. Tapi sayangnya, belum banyak orang yang paham sebenernya apa sih penyakit lupus ini?
Dilansir dari situs alodokter, lupus adalah penyakit inflamasi kronis yang disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh yang keliru sehingga mulai menyerang jaringan dan organ tubuh sendiri.
Dan inflamasi akibat lupus dapat menyerang berbagai bagian tubuh, misalnya: kulit dan sendi. Sampai sekarang, belum diketahui apa penyebab pasti penyakit ini.
Seorang teman kita yang bernama Ghita (22) ingin berbagi kisahnya yang sedang berjuang melawan penyakit Lupus.
Yuk simak perjuangan Ghita, cewek yang divonis mengidap lupus dan berhasil mengalahkan rasa takut akan penyakitnya berikut ini.
(Lihat di sini cerita cewek penyandang disabilitas yang sudah menerbitkan banyak novel)
“Awal tahun 2014 lalu, aku pernah sakit enggak berhenti-henti. Ketika penyakit yang satu sembuh, tiba-tiba penyakit lainnya muncul.
Mulai dari infeksi lambung, infeksi saluran kemih, gejala tipes. Kalau biasanya penyakit kayak gini dikasih obat biasa aja sembuh, kali ini sakitnya ‘bandel’.
Aku terus-terusan sakit begini selama kurang lebih tiga bulan, padahal waktu itu kondisinya aku sedang magang. Jadinya aku bolak-balik ke dokter terus, tapi enggak sembuh juga.
Sampai akhirnya aku ngerasa kok sakitnya makin aneh-aneh. Rambutku yang tadinya lebat dan sehat, tiba tiba rontok parah.
Lalu mulai muncul noda merah kehitaman di daerah pipi dan hidung menyerupai kupu-kupu (butterfly rash).”
FYI, ruam berbentuk kupu-kupu ini salah satu ciri dari penyakit lupus ya, girls.
“Aku akhirnya memeriksakan diri ke dokter kulit. Pas diperiksa, beliau tanya: kamu suka capek tiba-tiba enggak? Capek padahal enggak ngapa-ngapain?
Lalu aku mengiyakan karena memang aku saat itu selalu merasa lemas. Aku perhatikan sepertinya dokter tersebut sudah mulai curiga, ia juga memberikan rujukkan agar aku segera melakukan cek laboratorium dan hematologi.
Sayangnya, aku sempat menunda pemeriksaan. Suatu hari, tiba-tiba tubuhku enggak bisa bergerak, gejalanya mirip kayak stroke, enggak bisa angkat sendok bahkan ngomong pun enggak jelas.
Mama panik banget saat itu dan langsung nelepon Papa untuk segera membawaku ke rumah sakit.
Singkat cerita, aku langsung melakukan pemeriksaan hematologi (pemeriksaan yang bertujuan untuk mengetahui kelainan dari kuantitas dan kualitas sel darah merah, sel darah putih dan trombosit serta menguji perubahan yang terjadi pada plasma yang terutama berperan pada proses pembekuan darah.)
Hasil tes keluar, dokter segera memberitahu mama kalau aku kena Lupus.
“Saat itu Mama sedih banget dan langsung nangis. Aku pun kaget dan sedih karena ngerasa nyusahin orangtua, terutama Mama.
Apalagi Mama dulu pernah bermasalah jantungnya. Tapi saat itu aku cuma bisa pasrah dan jalanin perawatan sesuai dengan saran dokter.
Dan sedihnya, aku diberitahu kalau obat-obatan yang diberikan itu tidak bisa benar-benar menyembuhkan dan menghilangkan penyakitku.
Tapi, hanya bisa mengontrolnya aja supaya enggak makin parah. Hampir setahun rawat jalan ke rumah sakit, obat yang diberikan ke aku berdosis tinggi, yakni Medixon 3x16 mg.
Obat ini punya beberapa efek samping, salah satunya mempercepat katarak mata, menipiskan kulit, dan lain-lain. Tapi efek samping yang aku rasain adalah penambahan berat badan yang sangat drastis.
Dulunya berat badanku 55kg, tapi saat menjalani pengobatan, aku sempat mencapai angka 70kg. Akibatnya, aku jadi minder dan malu banget, aku enggak PD buat ke mana-mana.”
(Baca juga: Pikiran Untuk Bunuh Diri Datang Tanpa Disadari & Sering Dianggap Remeh. Waspada Sebelum Terlambat)
“Selama sakit, aku banyak mendengar komentar dari orang-orang yang bilang kalau aku gendutan.
Terus karena penyakit ini, aku juga belum bisa lulus kuliah karena sempat menjalani istirahat beberapa bulan di rumah.
Padahal di saat yang sama teman-teman udah banyak yang lulus dan nyari kerja, aku jadi rendah diri. Tapi akhirnya aku mencoba buat melihat sisi positif dari segala penyakitku ini.
Kalau sebelumnya aku selalu menyalahkan keadaan, sekarang aku mulai belajar untuk bersyukur terhadap hal-hal yang kecil, walaupun proses untuk ke arah sini butuh sampai sekitar setahunan.
Aku bersyukur enggak kekurangan biaya obat, padahal untuk biaya dokter dan cek lab aja sebulannya bisa ngabisin sampai 5 juta.
Aku bersyukur dikasih keluarga dan sahabat-sahabat yang bener-bener sayang sama aku walaupun selama sakit, hormonku selalu naik turun karena pengaruh obat.
Aku juga bersyukur karena Papa sekarang enggak sibuk lagi dan selalu ada buat aku. Intinya, aku bersyukur karena masih dikasih kesempatan untuk hidup.”
Kutipan ini diambil dari ayat Al Quran, tepatnya Surat Al-Insyirah ayat 5 dan 6.
Jika dipahami, makna dari ayat ini adalah untuk menghibur kita bahwa setiap kali berhasil melalui sebuah kesulitan, kita pasti akan menemukan kemudahan.
(Baca juga: 5 Drama Korea Tentang Bullying di Sekolah yang Bisa Memberi Kita Banyak Pelajaran)