“Selama ini aku lebih aktif di organisasi dan urusan kepanitiaan. Tapi, udah lama juga pengin nyoba belajar ikut PKM. Penasaran seperti apa. Makanya ketika diajak oleh Khalid, langsung aku terima.”
Mala bercerita bahwa ide awal mereka bukan pelindung handphone dan keyboard, melainkan pelindung untuk tombol lift. Tapi, karena implementasinya yang cukup sulit, mereka alihkan menjadi casing handphone.
“Waktu itu kami searching di Google cara membuat casing buatan tangan. Lalu, kami inovasikan bahan pembuatnya menjadi bahan yang ramah lingkungan, seperti cangkang kepiting dan kulit udang. Kami gunakan ekstraknya,” terang Widia.
Satu bulan setelah proses berdiskusi, bimbingan dosen, dan uji coba lab, indekos Mala pun jadi tempat mereka membuat produk untuk pertama kali.
“Ada banyak kesulitan dan kegagalan yang kami temui. Mulai dari komposisi yang kurang pas, cetakan yang salah, sampai adonan produk yang enggak kering.
Waktu itu ketika belum dapat mitra untuk membuat cetakan, kami iseng untuk membuat sendiri pakai silicone rubber.
Kami lupa kalau bahan utama adonan juga dari itu. Akhirnya adonan enggak bisa dipisahkan dari cetakan. Padahal buat cetakannya setengah mati”, kenang Widia.
Mala menambahkan, hal lain yang menjadi tantangan adalah ketika masuk tahap desain produk. Dari empat orang, hanya Romi yang punya kemampuan desain.
“Sulit banget! Aku enggak bisa gambar sama sekali. Jadi ketika bantuin ngelukis produk, ya, semampunya aja. He-he.”