Curhat Cewek yang Pernah Jadi Penderita Bulimia Karena Enggak Pede dengan Bentuk Tubuhnya

By Putri Saraswati, Jumat, 25 Agustus 2017 | 13:00 WIB
Curhat Cewek yang Pernah Jadi Penderita Bulimia Karena Enggak Pede dengan Bentuk Tubunya (Putri Saraswati)

Selama kurang lebih 6 bulan lamanya, Puspita (24), menjadi penderita bulimia nervosa.

Bulimia adalah salah satu jenis gangguan pola makan yang diindikasikan dengan kebiasaan penderita memuntahkan kembali secara paksa makanan dari tubuhnya.

Rutin seusai makan, Puspita akan pergi ke kamar mandi untuk mengeluarkan seluruh makanan yang baru aja dia santap.

“Aku selalu merasa bersalah tiap makan. Merasa enggak seharusnya makan sebanyak itu karena bisa bikin badanku jadi gemuk.

Biasanya aku muntahin makanan itu di rumah diem-diem sambil nyalain keran air biar enggak kedengeran.

Semua makanan aku muntahin, sampai kerongkongan sakit. Capek banget, tapi aku paksa diri aku ngelakuin ini karena aku pengin kurus.

Aku malu sama bentuk tubuhku.”

Sebelum menjadi penderita bulimia, Puspita sempat melakukan diet dengan menjaga pola makan dan berolahraga.

Cewek ini mengaku mulai merasa insecure dengan kondisi tubuhnya saat mendapat komentar dari sang mantan pacar.

“Dia selalu ngomongin selebgram yang cantik, terus bilang ke aku, ‘Kamu kok gemuk sih?’. Dari situ aku mulai browsing di internet tentang jenis-jenis diet.

Aku juga download aplikasi MyFitnessPal biar tahu pola olahraga yang baik gimana. Tiga bulan pertama, beratku turun 7 kg.

Tapi, aku masih belum puas. Terus aku inget pernah lihat di film satu adegan muntahin makanan ini. Akhirnya aku coba dan ternyata ampuh, berat badanku makin turun.

Banyak yang muji, ‘Pus, kurusan deh,’ Duh, rasanya seneng banget.”

Makin hari, Puspita makin berambisi untuk menurunkan berat badannya. Pola diet dan olahraga yang sebelumnya dia lakukan dalam porsi yang wajar, kini dia terapkan secara berlebihan.

“Aku mulai skip waktu makan, olahraga juga makin menjadi-jadi. Kalau ada masuk makanan sedikit, enggak lama setelahnya pasti aku muntahin.

Makanan yang aku konsumsi biasanya selalu ada sambal yang pedes banget. Terus aku juga minum obat pencahar biar BAB lancar.

Gara-gara ini aku sempet dibawa ke klinik pas lagi KKN (Kuliah Kerja Nyata). Tapi, keluar dari klini, aku tetep ngelakuin itu semua lagi.”

Sampai akhirnya dua bulan setelah rutin melakukan kebiasaan itu, Puspita mulai merasakan beberapa perubahan terjadi di tubuhnya.

Badannya terasa lemas, mual, sering pusing, dan rambutnya pun jadi rontok.

Puncaknya, dia pingsan dua kali saat perjalan pulang pergi dari kampus.

“Waktu itu pas masa UTS di kampus. Aku belajar sampai pagi dan cuma tidur satu jam.

Ketika di dalam kereta perjalanan ke kampus, aku udah merasa pusing dan mual. Setelah dua staisun pertama, aku turun terus muntah.

Enggak lama setelah aku naik kereta lagi, aku pingsan dan ditolongin sama orang-orang sekitar. Begitu sadar, aku telepon temenku untuk nemenin.

Sampai kampus enggak ada masalah. Eh, pas di kereta perjalanan pulang aku pingsan lagi dong.

Langsung telepon ayah saat itu dan minta dijemput.”

Setelah memberanikan diri menceritakan kondisinya saat itu pada kedua orang tuanya, Puspita mulai belajar untuk menerima bentuk tubuhnya.

Dengan perlahan, dia mengurangi kebiasaannya memuntahkan makanan.

“Selain cerita ke orang tua, aku juga cerita ke teman dekatku yang kebetulan mahasiswi Psikologi.

Aku mencoba nyari segala bentuk pertolongan supaya bisa terlepas dari bulimia ini. Aku juga mengelilingi diri dengan teman dan lingkungan yang positif.

Sekarang aku udah mulai menerima bentuk tubuhku apa adanya. Setiap hari masih terus belajar dan aku merasa lebih bahagia saat ini," akhirnya.

Apa yang terjadi dengan Puspita, bisa juga terjadi dengan orang-orang terdekat kita.

Lantas, apa yang bisa kita lakukan jika teman atau kerabat ternyata salah seorang penderita bulimia?

Pertama-tama, kita harus pahami betul apa aja gejala bulimia. Lihat, apakah dia suka makan secara berlebihan lalu dengan segera pergi ke kamar mandi tepat seusai makan.

Menyalakan keran air dan menggunakan mouthwash secara berlebihan bisa juga ditandai sebagai upaya menyembunyikan aktivitas memuntahkan makanan.

Selain itu, perhatikan juga apakah dia berolahraga secara berlebihan. Lihat apakah ada perubahan bentuk tubuh yang signifikan, seperti perununan berat badan yang cukup drastis, kondisi kuku dan rambut yang rapuh, kulit menguning, dan selalu terlihat lelah.

Jika semua tanda terlihat, carilah waktu yang tenang dan privat untuk mengajak dia bicara.

Ingat, jangan fokus pada aktivitas makannya yang berubah dan penampilan tubunya.

Katakan padanya bahwa kamu khawatir akan kesehatannya. Jangan menggurui dan menghakami.

Kalau kamu merasa enggak mampu memberikan bantuan yang tepat, cari orang yang lebih ahli.

Dengan enggak memaksa, bujuk temanmu untuk mencari bantuan. Dan, katakan bahwa kamu akan selalu berada di sampingnya.