Enggak bisa dipungkiri kalau media sosial seenggaknya punya pengaruh dalam membentuk pemahaman seseorang tentang body positivity hingga kehidupan yang sempurna.
Menelusuri hashtag #bodypositive dalam Instagram, enggak sedikit kita temukan foto-foto yang merupakan hasil photoshop di mana tubuh si pengunggah diedit sedemikian rupa supaya terlihat lebih langsing atau kulitnya yang dibikin putih bersih atau semakin eksotis.
Dari foto-foto yang bertebaran tersebut, akhirnya beberapa dari kita pun tersentil dan punya standar kesempurnaan tersendiri. Hingga meragukan kualitas diri kita.
Berkebalikan dengan jargon yang mereka sampaikan (#bodypositive), body positivity selayaknya enggak memicu kekhawatiran, enggak mengurangi self esteem, dan enggak meragukan kualitas diri kita sendirinya.
Body positivity adalah tentang menerima dan bangga terhadap apa yang ada dalam diri kita, mulai dari warna kulit, hingga bentuk tubuh yang kita miliki.
Dan tentu saja, body positivity memberi ruang bagi kita yang ingin berubah menjadi lebih baik. Tapi pastikan perubahan yang kita lakukan adalah karena kita menginginkannya, bukan karena sebuah keharusan dan tuntutan menjadi sempurna di mata orang lain.
(Baca juga: Bongkar Tipe Pacar Seperti Apa Kita, Berdasarkan Urutan Kelahiran)