Merasa Sedih di Cuaca Dingin? Yuk Kenali Fakta Seasonal Affective Disorder & Penyebab Rasa Sedih di Cuaca Dingin

By Indra Pramesti, Minggu, 11 Februari 2018 | 07:30 WIB
Kenali seasonal affective disorder yang pernah diderita oleh Jonghyun SHINee! (Indra Pramesti)

Cuaca dingin sering membuat kita sedih, ternyata bukan sekadar mitos. Faktanya, keadaan ini juga sering dialami oleh banyak orang. Mereka sering merasa sedih atau depresi ketika cuaca-cuaca dingin berlangsung.

Sebelum meninggal dunia karena menghirup karbonmonoksida dari briket batubara, semasa hidupnya Jonghyun SHINee pernah menceritakan seputar depresi yang dia alami.

Jonghyun mengaku mengidap seasonal affective disorder (SAD) atau gangguan mental yang diperngaruhi oleh perubahan musim.

Sebenarnya apa sih seasonal affective disorder itu? Yuk kenali lebih lanjut seputar seasonal affective disorder!

(Baca juga: 5 Hal Bermakna Yang Akan Kita Pelajari Menjelang Umur 20an)

Dilansir dari Kompas, psikiater Ika Widyawati SpKJ, yang mengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia memaparkan bahwa depresi ini umumnya terjadi di negara yang memiliki empat musim, sementara untuk Indonesia sendiri jarang terjadi.

Ia mengatakan bahwa keadaan iklim dan lingkungan yang dilihat oleh manusia sehari-hari bisa sangat berpengaruh pada keadaan mental. Misalnya, di negara empat musim yang memiliki musim salju, enggak ada hal lain yang bisa dipandang selain warna putih dari salju.

Hal ini bisa membuat depresi karena perasaan tertekan dan orang yang melihatnya merasa enggak bahagia. Sebaliknya, saat muncul musim semi dan melihat bunga dan dedaunan yang hijau, orang yang melihat pun bisa menjadi senang.

(Baca juga: karena terlalu sering menonton drama Korea jadi delusional dan susah dapat pacar. Benarkah?)

Dilansir dari Fox News, SAD disebabkan karena adanya ketidaksimbangan kimia dalam otak yang dipicu hilangnya matahari.

Penelitian terbaru yang dilaporkan NIH juga menjelaskan bahwa kekurangan vitamin D juga dapat emmuci gejala depresi. Seenggaknya manusia perlu mendapatkan suplemen vitamin D dari sinar matahari minimal satu jam supaya terhindar dari SAD.

Dr. Sanam Hafeez PsyD, psikolog klinis berlisensi berbasis New York, memaparkan bahwa seseorang dengan SAD juga tidak memiliki kemampuan untuk mengatur neurotransmitter yang bertanggung jawab atas mood, serotonin, dan kelebihan produksi hormon melatonin, yang mengatur siklus tidur. Enggak heran, penderita SAD sering merasa lelah.

(Baca juga: 5 urutan zodiak yang kurang beruntung di 2018)

Dikutip dari Fox News, gejala yang sering ditunjukkan oleh penderita SAD adalah merasa lesu dan lelah di pagi hari, sulit tidur, suasan hati tertekan, perasaan antisosial, mudah marah, atau mudha tersinggung.

Cara terbaik untuk mengatasi penyakit ini selain berkomunikasi dengan keluarga adalah dengan melakukan terapi cahaya. Perlu diperhatikan juga, bahwa SAD dapat berkembang menjadi depresi yang parah.

Pada keadaan ini, SAD akan memengaruhi kesehatan secara menyeluruh dan memengaruhi kondisi otak.

Psikiater Ika Widyawati juga mengatakan bahwa depresi yang masih ringan dapat diatasi dengan komunikasi dengan keluarga.

Sementara jika depresi menjadi terlalu berat, biasanya ditandai dengan halusinasi yang tidak realistis, maka perlu ada penanganan profesional seperti psikiater.

(Baca juga: 12 Jenis Ketakutan yang Bikin Kita Insecure Menurut Zodiak)