5 Kisah Cinta Legenda Kerajaan Indonesia yang Berakhir dengan Tragis

By Putri Saraswati, Senin, 19 Februari 2018 | 11:05 WIB
putufebymiswari.worpress.com (Putri Saraswati)

Saat Tan Bun An menyampaikan maksud untuk mempersunting Siti Fatimah, orang tuanya memberikan beberapa syarat yang cukup berat. Salah satunya adalah keluarga Tan harus memberikan tujuh guci emas sebagai seserahan.

Mengajak Siti, Tan kemudian kembali ke Cina untuk menemui orang tuanya. Dalam perjalanan pulang di muara Sungai Musi, Tan ingin melihat hadiah emas dari kedua orang tuanya.

Tapi dia kemudian kaget saat melihat bahwa tujuh guci tersebut hanya berisi sayuran sawi asin.

Marah, Tan pun membuang semua guci ke laut. Tapi satu guci terjatuh di atas dek dan pecah. Barulah saat itu Tan menyadari bahwa ada emas yang terletak di bawah tumpukan sawi.

Tanpa pikir panjang, Tan lalu melompat ke laut untuk mengambil emas-emas tersebut.

Lama ditunggu, Tan enggak muncul juga ke permukaan. Khawatir, Siti lalu berpesan pada para pengawalnya, “Jika kelak ada tanah tumbuh di Sungai Musi ini, maka di situlah kuburan kami,” sebelum akhirnya ikut terjun berusaha membantu Tan.

Naas, baik Tan maupun Fatimah enggak pernah muncul kembali ke permukaan.

Daratan yang kini muncul di Sungai Musi disebut dengan Pulau Kemaro.

Raden Baron Kusuma adalah seorang ksatria yang berasal dari Gunung Anjasmara. Suatu hari dia bertemu dengan gadis cantik asal Gunung Kawi, Dewi Anjarwati.

Singkat cerita, keduanya jatuh cinta dan akhirnya menikah. Setelah menikah Raden Baron Kusuma meminta izin untuk membawa istrinya ke Gunung Anjasmara untuk dikenalkan pada orang tuanya.

Orang tua Dewi Anjarwati melarang karena usia pernikahan mereka belum genap 36 hari. Menurut kepercayaan Jawa, pasangan pengantin yang belum berusia 36 hari pantang bepergian jauh karena bisa tertimpa musibah.