5 Kisah Cinta Legenda Kerajaan Indonesia yang Berakhir dengan Tragis

By Putri Saraswati, Senin, 19 Februari 2018 | 11:05 WIB
putufebymiswari.worpress.com (Putri Saraswati)

Enggak seperti cerita drama atau film, kisah cinta nyata enggak selamanya berakhir dengan bahagia. Contohnya seperti perjalanan asmara pasangan kekasih Romeo dan Juliet.

Dua insan dengan latar belakang berbeda ini bahkan harus menemui ajalnya atas nama cinta dan kesetiaan.

Sama seperti Romeo dan Juliet, lima kisah cinta legenda asal Indonesia ini juga berakhir dengan tragis.

(: 5 kisah cinta zaman kerajaan yang berakhir dengan tragis)

Jayaprana, abdi dari Raja Kalianget jatuh cinta pada Ni Nyoman Layon Sari, gadis asal desa tetangga yang terkenal akan kecantikannya.

Perasaan cintanya disambut oleh Ni Nyoman Layon Sari dan keduanya lantas memutuskan untuk menikah.

Sayangnya, kebahagiaan pasangan ini enggak bertahan lama. Raja Kalianget yang ternyata juga menyukai Ni Nyoman Layon Sari menyusun strategi untuk membunuh Jayaprana.

Raja mengutus Jayaprana untuk menyelidiki kabar kedatangan bajak laut di Celuk Terima.

Sesampainya di Celuk Terima, utusan Raja Kalianget yang lain lalu membunuh Jayaprana dengan cara menancapkan keris ke tubuhnya.

Setelah mendengar kabar kematian Jayaprana, Ni Nyoman Layon Sari lebih memilih untuk bunuh diri dibanding harus menuruti permintaan Raja yang ingin mempersuntingnya.

Kisah cinta antara raja dan para selirnya juga enggak lepas dari tragedi. Salah satunya kisah Roro Oyi, selir Amangkurat I, Raja Mataram yang memerintah Keraton Plered pada 1646-1677.

Suatu hari, Amangkurat I bermimpi bertemu dengan seorang perempuan di daerah timur di dekat sumber air. Setelah bangun, dia lantas mengutus pasukannya untuk menemukan perempuan dalam mimpinya.

Kedua utusannya lalu menemukan seorang anak perempuan bernama Roro Oyi di dekat sebuah telaga dan langsung membawanya ke istana.

Mengetahui bahwa Roro Oyi belum akil balig, Amangkurat I menyuruh utusannya untuk merawat dan membesarkan Roro Oyi hingga menstruasi pertamanya. Setelah dewasa, Roro Oyi pun diangkat menjadi selir Amangkurat I.

Persoalan kemudian muncul ketika putra dari Amangkurat I, Raden Mas Rahmat jatuh cinta pada Roro Oyi.

Fakta bahwa dia adalah selir sang ayah pun enggak menciutkan nyali Raden Mas Rahmat untuk menikahi Roro Oyi dengan meminta bantuan pada Pangeran Pekik, ayah dari ibunya.

Kabar ini kemudian diketahui oleh Amangkurat I. Murka, dia lalu mengancam Raden Mas Rahmat untuk memilih antara takhta atau Roro Oyi. Jika memilih takhta, maka dia harus membunuh Roro Oyi di tempat.

Tragis, Raden Mas Rahmat memilih takhta dan membunuh Roro Oyi dengan cara menikamnya dengan keris di hadapan sang ayah.

Pangeran Pekik juga enggak luput dari hukuman. Dia digantung di tengah Alun-alun Plered.

(: 12 peraturan mengejutkan keluarga kerajaan yang bahkan ratu pun enggak bisa menghindarinya)

Tan Bun An adalah saudagar asal Cina yang berdagang hingga ke kota Palembang. Di kota inilah dia bertemu dengan Siti Fatimah, putri Raja Palembang.

Saat Tan Bun An menyampaikan maksud untuk mempersunting Siti Fatimah, orang tuanya memberikan beberapa syarat yang cukup berat. Salah satunya adalah keluarga Tan harus memberikan tujuh guci emas sebagai seserahan.

Mengajak Siti, Tan kemudian kembali ke Cina untuk menemui orang tuanya. Dalam perjalanan pulang di muara Sungai Musi, Tan ingin melihat hadiah emas dari kedua orang tuanya.

Tapi dia kemudian kaget saat melihat bahwa tujuh guci tersebut hanya berisi sayuran sawi asin.

Marah, Tan pun membuang semua guci ke laut. Tapi satu guci terjatuh di atas dek dan pecah. Barulah saat itu Tan menyadari bahwa ada emas yang terletak di bawah tumpukan sawi.

Tanpa pikir panjang, Tan lalu melompat ke laut untuk mengambil emas-emas tersebut.

Lama ditunggu, Tan enggak muncul juga ke permukaan. Khawatir, Siti lalu berpesan pada para pengawalnya, “Jika kelak ada tanah tumbuh di Sungai Musi ini, maka di situlah kuburan kami,” sebelum akhirnya ikut terjun berusaha membantu Tan.

Naas, baik Tan maupun Fatimah enggak pernah muncul kembali ke permukaan.

Daratan yang kini muncul di Sungai Musi disebut dengan Pulau Kemaro.

Raden Baron Kusuma adalah seorang ksatria yang berasal dari Gunung Anjasmara. Suatu hari dia bertemu dengan gadis cantik asal Gunung Kawi, Dewi Anjarwati.

Singkat cerita, keduanya jatuh cinta dan akhirnya menikah. Setelah menikah Raden Baron Kusuma meminta izin untuk membawa istrinya ke Gunung Anjasmara untuk dikenalkan pada orang tuanya.

Orang tua Dewi Anjarwati melarang karena usia pernikahan mereka belum genap 36 hari. Menurut kepercayaan Jawa, pasangan pengantin yang belum berusia 36 hari pantang bepergian jauh karena bisa tertimpa musibah.

Tapi karena Raden Baron Kusuma tetap bersikukuh melakukan perjalanan itu, orangtua Dewi Anjarwati pun memberikan izin. Di tengah perjalanan, Dewi Anjarwati yang merasa kelelahan, meminta Raden Baron Kusuma untuk mencarikannya air minum.

Setelah menemukan sumber air minum di sebuah air terjun atau “coban”, Raden Baron Kusuma pun kembali ke tempat Dewi Anjarwati beristirahat bersama para pengawal.

Sesampainya di sana, Raden Baron Kusuma melihat istrinya sedang diganggu oleh seorang lelaki. Lelaki bernama Joko Lelono itu terang-terangan mengatakan bahwa dia tertarik dengan Dewi Anjarwati.

Kesal dengan pernyataan itu,  Raden Baron Kusuma menantang Joko Lelono untuk berduel dan meminta Dewi Anjarwati untuk menunggu di bawah air terjun untuk bersembunyi.

Setelah sekian lama sang suami enggak muncul, Dewi Anjarwati mendatangi tempat berduel tersebut dan menemukan bahwa Raden Baron Kusuma terbunuh.

Semenjak itu, Dewi Anjarwati diliputi kesedihan yang amat mendalam dan memutuskan untuk menjadi Rondo (Janda) seumur hidupnya.

Makanya saat ini, air terjun yang terletak di Batu, Malang, Jawa Timur itu dikenal dengan sebutan Air Terjun Coban Rondo.

Kisah cinta bertepuk sebelah tangan yang berakhir dengan tragis ini adalah legenda terbentuknya Candi Prambanan.

Menurut cerita, Roro Jonggrang adalah putri dari Raja Boko yang terkenal dengan kencatikannya. Banyak pria jatuh hati padanya, termasuk Bandung Bondowoso, ksatria sakti asal Pengging.

Bandung Bondowoso lantas mendatangi Raja Boko untuk melamar Roro Jonggrang.

Takut menyinggung perasaan Bandung Bondowoso dan berniat untuk menjaga keamanan kerajaannya, Raja Boko mengiyakan permintaan tersebut dengan syarat Bandung Bondowoso harus menyampaikan maksudnya secara langsung pada putrinya.

Roro Jonggrang yang enggak suka pada Bandung Bondowoso lalu memberikan sebuah syarat berat bagi Bangdung Bondowoso.

Permintaannya adalah dibuatkan 1000 candi dalam waktu satu malam. Percaya diri, Bandung Bondowoso pun menyanggupi syarat itu.

Dengan bantuan dari pasukan gaibnya, pembangunan candi-candi tersebut berjalan dengan lancar. Roro Jonggrang yang panik kemudian meminta seluruh abdi dalem istana untuk mengumpulkan seluruh jerami dan ayam yang ada di istana.

Jerami tersebut lalu Roro Jonggrang bakar sehingga apinya terlihat seperti matahari pagi terbit yang kemudian membuat ayam-ayam berkokok.

Melihat matahari telah muncul dan mendengar suara kokokan ayam, pasukan gaib Bandung Bondowoso pun kabur karena takut dengan sinar matahari. Menyisakan satu candi yang belum selesai dibangun.

Curiga, Bandung Bondowoso pun menyelidiki arah datangnya cahaya matahari tersebut. Setelah tahu bahwa Roro Jonggrang mengelabuinya, dia mengutuk Roro Jonggrang menjadi batu dan menempatkannya dalam candi ke-1000.

(: Kisah nyata keluarga kerajaan menikah dengan orang 'biasa')