Seperti Milea di Film Dilan 1990, Cewek Ini Harus LDR Sama Pacar Namun Ada Cowok Baru yang Deketin!

By Indah Permata Sari, Senin, 19 Maret 2018 | 14:50 WIB
Curhat Cewek yang Punya Pengalaman Mirip Milea di Film Dilan 1990, Ketika Harus LDR Sama Pacar Namun Ada Cowok Baru yang Deketin! (Indah Permata Sari)

Menjalani hubungan LDR (Long Distance Relationship) memanglah enggak mudah. Kalau komunikasi enggak terjaga dan enggak punya kesetiaan yang tinggi, bisa saja hubungan LDR putus.

Kayak cerita Milea di film Dilan 1990, ketika dia harus melakuka LDR dengan Beni, pacarnya di Jakarta. Lalu di Bandung, Milea didekati oleh cowok bernama Dilan.

Tapi perlu diketahui, putusnya hubungan Milea dengan Beni bukanlah karena Dilan, melainkan karena sikap Beni yang kasar.

Serupa tapi tak sama, kisah Yani ini mirip lho dengan kisahnya MIlea. Yuk cari tahu gimana curhatan Yani yang punya pengalaman mirip Milea di film Dilan 1990, ketika harus LDR sama pacar namun ada cowok baru yang deketin!

“Kembali mengulang masa lalu, menceritakan kembali lembaran hidup yang pernah dilalui dan dilewati, ini lah kisahku dengan Wijay.”

Yani dengan Wijay dulu teman satu sekolah, bermula di awal tahun 2009 kala itu, Yani masih menginjak kelas 7 Sekolah Menengah Pertama di 178 Jakarta.

“Kelas 7, aku memang belum kenal sama Wijay, aku kenal Wijay saat kenaikan kelas 8 yang tanpa sengaja dipertemukan karena satu kelas.

Singkat cerita aku dan Wijay satu kelas saat itu dan di situlah mulai ada bubuk-bubuk micin gitu tapi sayangnya aku enggak ngerasa apa-apa sama Wijay.

Lambat laun waktu pun berlalu Wijay masih berharap selama kurang lebih 5 tahun! Yup, Wijay nunggu selama itu sampai pada akhirnya aku kelas 11 SMA dan padahal setelah lulus udah enggak pernah ketemu Wijay lagi.

Aku bertemu Wijay tanpa sengaja saat itu PAS pesta sweet seventeen sahabatnya Wijay dan akhirnya aku sama dia berkomunikasi kembali. Mulai dari situ Wijay masih pengin banget deketin aku.

Karena melihat perjuangan dia yang menunggu selama ini ya akhirnya aku takluk juga, dan dia adalah cinta pertama sekaligus pacar pertamaku.

Kita pun jadian saat aku masih SMA, hingga pas lulus ternyata aku diterima di UGM dan mengharuskan aku dan Wijay buat LDR!”

(Baca juga :)

“Jakarta dan Jogja kira-kira berjarak 420km tapi ya masih tetep di pulau Jawa kok hehe. Aku sama Wijay kurang lebih LDR selama 3 tahun, bisa kebayang kan dari Wijay nunggu aku 5 tahun dan jalanin LDR 3 tahun total 8 tahun banyak banget kendalanya, dan komunikasi cuma bisa lewat handphone.

Kita udah nyobain perkembangan teknologi banget lho, dari SMS, telepon, Whatsapp, Line, media sosial, semuanya kita coba pas LDR. Namun apa daya, waktu dan keadaan tidak selalu berjalan mulus sesuai harapan dan keadaan.

Aku hanya bisa pulang ke Jakarta setahun dua kali karena kepadatan jadwal pendidikan saat itu.

Wijay di Jakarta pun sibuk dengan kerjaannya, namun lama kelamaan aku mulai enggak tahan dengan sikap Wijay yang masih childish namun sok dewasa.

Aku berpikir apa karena dunia kerja yang memang menuntut seseorang untuk bersikap seperti itu? Wijay jadi sering berhari-hari enggak balas chat-ku.

Bahkan pernah selama dua minggu dia sama sekali enggak chat aku lho! Di saat masa-masa ini lah aku bertemu dengan Atha.”

(Baca juga :)

“Di saat hubunganku dengan Wijay dalam keadaan udah di ujung tanduk, ada seseorang yang mencoba mendekatiku, dia adalah Atha. Atha ini berkebalikan dengan sikap dan sifatnya Wijay! Atha cowok yang terbuka dan apa adanya.

Kesan pertamaku bertemu Atha, dia itu cuek parah, ketus dan ya udah seperlunya saja. Tapi lama-lama sifat asli Atha terlihat kalau dia enggak sedingin dan secuek yang dibayangkan. Atha itu penuh lelucon, candaan, tawa dan kadang ngeselin juga.

Entah kenapa saat aku bertemu Atha, rasa sakitnya bisa enggak berasa secara ajaib, hilang gitu aja… Intensitas Atha berkabar denganku juga jauh lebih baik dari pada aku dengan Wijay. Padahal aku dan Wijay belum putus.”

“Aku bingung banget dengan perasaanku. Terlebih lagi Atha udah dekat dengan keluargaku, karena aku kenal Atha juga lewat saudaraku.

Dan saat aku dan Atha lagi jalan di depan istana keraton Jogjakarta, inget banget malam itu dia utarain perasaannya kepadaku! Kebayang enggak sih gimana bimbangnya aku saat itu! Aku pun enggak kasih jawaban apa-apa ke Atha.

Selama 3 tahun Wijay enggak pernah seserius Atha, di situlah aku meyakini siapa yang harus dipertahankan. Dengan keadaan bersama Wijay yang semakin tidak baik, aku pun membuat keputusan buat menyudahi kisahku dengan Wijay.”

Sempat terpikir juga di dalam hati Yani, apakah Yani jahat dengan Wijay? Apakah Yani selingkuh?

“Tapi apa daya, kisah Wijay cukup sampai di sini saja. Aku pun memilih untuk kembali membuka hatiku buat Atha. Atha yang menemaniku untuk bisa meraih gelar sarjana dan sampai aku dapat pekerjaan seperti sekarang ini.”

(Baca juga : )

“Bukan berarti Wijay tidak menemaniku dalam keadaan susah atau senang, hanya saja sifat dan sikap Wijay yang sudah tidak bisa dikatakan menjalin hubungan karena ketidakjelasannya yang sering menggantungku.

Bukan berarti aku selingkuh, hanya saja Tuhan selalu membuat skenario terindah dalam hidup yang tak terduga-duga dan selalu menghadirkan orang yang tepat saat kita butuh bukan karena keinginan semata.”

Belajar dari kasus Yani, ada kalanya cinta itu tidak bisa dipaksakan. Akan ada masa-masa yang membuat kita harus mengakhiri hubungan.

Seperti halnya yang dialami Yani. Hubungannya dengan Wijay bisa dibilang tidak sehat lagi karena minimnya komunikasi. Salah satu penyebabnya adalah karena jarak.

Jika kita merasakan hal ini, sebaiknya segera selesaikan hubungan daripada membiarkannya terus berlarut-larut. Putus memang menyakitkan, tapi hubungan yang dipaksa juga akan lebih menyakitkan nantinya.

Ini juga jadi proses pembelajaran buat kita dalam menjalin hubungan baru nantinya.