Masalah seks dan keperawanan memang selalu membingungkan sekaligus bikin penasaran. Apalagi keperawanan seorang perempuan, khususnya di Indonesia kerap dilihat dari dua sisi, antara robeknya selaput dara dan lambang moralitas perempuan.
Tentu saja dua hal tersebut tidak berhubungan, tapi seringkali masih dianggap memiliki hubungan sebab-akibat. Makanya, penting buat kita mengetahui seperti apa fakta sebenarnya antara hubungan selaput dara keperawanan.
Berikut adalah rangkuman wawancara cewekbanget.id dengan dr. Maya Trisiswati dari Klinik PKBI, Jakarta, dan dr. Ivander Utama, F.MAS, SpOG.
(Baca juga: 9 Pertanyaan Tentang Penyakit Menular Seksual Akhirnya Terjawab!)
Menurut dr. Maya, hal tersebut hanyalah mitos. Tidak ada hubungan antara cara berjalan seseorang dengan pernah atau tidaknya dia berhubungan seks.
Dr. Ivander juga menambahkan, bahwa dari tampak fisik, seperti cara berjalan itu enggak bisa ditentukan keperawanan seseorang. Kalau mau memeriksa keperawanan harus ke ginekolog.
Secara kasat mata tidak bisa dilihat. Tapi maksud dari kata ‘perawan’ itu sendiri adalah seseorang yang belum pernah berhubungan seksual. Hal ini sama sekali tidak berhubungan dengan robeknya selaput dara.
Dr. Maya memaparkan bahwa tingkat elastisitas selaput dara setiap perempuan berbeda-beda. Ada yang sangat elastis, ada juga yang sangat rapuh.
Beberapa orang, meski sudah berhubungan seksual berkali-kali, selaput daranya belum robek. Yang pasti, dalam proses persalinan, selaput dara pasti akan robek.
Makanya, keperawanan perempuan bukan ditandakan dari robeknya selaput dara.
Dr. Ivander menjelaskan bahwa dalam beberapa kasus, hal ini mungkin saja terjadi. Misalnya seperti anak kecil yang suka menggaruk atau menggesekkan vagina yang terasa gatal, terjatuh sehingga mengakibatkan trauma (luka) pada daerah selangkangan.
Bisa. Dokter dapat melihat dan membedakan penyebabnya melalui robekan selaput dara tersebut. Bahkan, hubungan seksual yang disengaja dan hubungan seksual akibat pemerkosaan juga bisa terlihat bedanya.
Ada operasi yang disebut hymenoplasty, yaitu proses rekonstruksi selaput dara yang sudah rusak atau robek. Sederhananya, akan dibikin selaput dara tambahan dari bibir vagina.
Pada akhirnya, keperawanan adalah hal personal bagi masing-masing orang. Ketika enggak perawan, bukan berarti dia lebih buruk daripada yang masih perawan.
Sekali lagi, harga diri perempuan enggak seharusnya dinilai hanya dari selaput dara.
(Baca juga: Jangan Stres Berkepanjangan. Ubah Jadi Energi Positif dengan 7 Cara Ini)