Siswa Menganiaya Guru Hingga Meninggal di Sampang. Ini Pelajaran yang Bisa Kita Ambil!

By Indah Permata Sari, Senin, 5 Februari 2018 | 04:12 WIB
Seorang Siswa Menganiaya Gurunya Hingga Meninggal, Ini Pelajaran yang Bisa Kita Ambil! (Indah Permata Sari)

Miris! Sorang siswa SMA di Sampang menganiaya gurunya hingga tewas! Dilansir dari laman tribunnews.com, kronologi kejadian ini yaitu ketika Ahmad Budi Cahyono, guru di SMAN 1 Torjun, Kabupaten Sampang, Madura, sedang mengajar mata pelajaran Seni Rupa di kelas IX tentang Seni Lukis.

Lalu siswa berinisal MH enggak mendengar pelajaran yang disampaikan guru Budi, malah mengganggu teman-temannya dengan mencoret-coret lukisan mereka.

Guru Budi lalu menegur MH namun enggak dihiraukan, malah semakin mengganggu teman-temannya. Ketika guru tersebut mencoret MH karena tidak mengindahkannya, MH enggak terima lalu mencekik gurunya, siswa lainnya pun melerai tindakan penganiayaan MH dan selanjutnya dibawa ke ruang guru.

Meskipun terlihat enggak ada luka, guru Budi dibolehkan untuk pulang dan istirahat di rumah. Sampainya di rumah, kondisi guru Budi ternyata memburuk, kepalanya pusing dan leher belakangnya sakit.

Guru tersebut pun dibawa ke RSUD Sampang, lalu keterangan dokter saat itu mengatakan kalau guru Budi dalam kondisi kritis dan tidak mampu bertahan lama.

Hasil diagnosa adalah guru Budi mengalami mati batang otak (MBA), semua organ dalam tubuh sudah enggak berfungsi. Pada pukul 21.40, korban dinyatakan meninggal.

Dari kejadian ini, ada 5 pelajaran yang bisa kita ambil girls, dan semoga hal ini enggak pernah terjadi lagi di masa yang akan datang.

Kita sebagai seorang siswa, ketika ada guru yang menegur kita maka itu adalah hal yang wajar girls. Tugas guru adalah mengajar, sehingga tentu dia enggak ingin ada gangguan selama poses belajar mengajarnya.

Terlebih lagi kalau kita lihat dari kronologis kejadian ini, MH yang mengganggu teman lainnya dan enggak menghilarukan teguran guru, tentunya enggak patut kita contoh.

(Baca juga : )

Ketika kita lagi merasa emosi, maka kekerasan bukanlah hal yang tepat untuk menyelesaikan masalah. Dari kasus ini kita bisa tahu kalau efek dari kekerasan enggak hanya bisa terlihat dari fisiknya saja, namun ternyata bisa menyebabkan efek fatal dalam tubuh manusia yang enggak bisa kita lihat dengan mata.

Seharusnya MH bisa lebih mengontrol emosinya untuk enggak sembarangan menggunakan kekerasan. Mengajukan protes boleh, tapi enggak dengan tindakan menyakiti.

Dilansir dari laman tribunnews.com, MH memiliki ilmu bela diri sejak duduk di kelas X. Tentunya memiliki kemampuan bela diri bagus untuk kita karena bisa menolong ketika kita atau orang lain lagi terkena musibah.

Namun ilmu bela diri enggak seharusnya dilakukan untuk menganiaya orang lain. Namanya saja sudah ‘bela diri’, jadi dilakukan ketika ingin melawan orang yang menganiaya kita, bukannya menganiaya orang lain.

Ini adalah ilmu yang disalahgunakan oleh MH, dan sebaiknya kita enggak meniru hal ini girls.

(Baca juga :)

Ungkapan ini betul girls, karena pengganti orang tua kita di sekolah adalah guru. Mungkin akan beda lagi sudut pandangnya ketika guru yang menganiaya muridnya, maka tindakan guru tersebut enggak bisa dibiarkan.

Namun dalam kasus ini, tindakan MH yang menganiaya guru, maka sama saja dia menganiya orang tua, orang yang seharusnya dia hormati. Meskipun guru tersebut masih muda misalnya, tetap saja dia adalah orang yang memberikan ilmu kepada kita dan harus kita hormati.

Kita harus bisa mengendalikan emosi kita, baik ketika kita yang salah atau saat kita enggak melakukan kesalahan. Jangan menganggap diri kita hebat dan yang paling benar, karena hal ini akan menuntun kita menjadi pribadi yang sombong dan keras kepala.

Kita harus bisa mengendalikan emosi, lebih bersabar, dan mau mendengarkan saran serta kritik dari orang lain.

(Baca juga :)