Mau siapapun orangnya, tindakan kekerasan fisik itu enggak seharusnya kita terima. Baik itu dari keluarga, orang terdekat, sahabat, hingga pacar sendiri, mereka enggak berhak untuk melakukan kekerasan fisik pada kita.
Sedih ketika kita mendengar ada seseorang yang menerima perlakuan kasar fisik, dan perlakuan itu datang dari pacarnya sendiri, orang yang sudah dipercaya.
Sebenarnya enggak ada toleransi untuk hal ini, namun karena satu dan lain hal terkadang bikin kita bertahan dengan sikap kasarnya itu. Sama dengan curhatan Dian (Nama samaran), yang sharing pengalaman dia mengenai sikap pacarnya yang sudah menganiayanya bahkan dia lakukan di tempat umum!
Yuk kita langsung saja lihat bagaimana curhat cewek yang menjadi korban kekerasan fisik dari pacarnya, sedih banget!
“Jadi sekitar 4 tahun lalu aku punya pacar yang kebetulan junior aku pas di kampus. Singkat cerita, kita pacaran kan. Nah saat pertama kalinya dia melakukan kekerasan fisik sama aku sekitar 6 bulan pacaran.
Saat itu kebetulan aku satu organisasi mahasiswa sama dia, entah kenapa saat di kampus kita tiba-tiba berantem dan tiba-tiba dia nendangin rak sepatu di sekretariat organisasi aku.
Kebayang enggak sih malunya, apalagi saat itu aku punya jabatan penting di organisasi itu. Dia nendang-nendangin rak sepatu sambil ngamuk-ngamuk. Saat itu di sekretariat organisasi itu lagi ramai banyak anggota, otomatis aku malu banget tapi aku mencoba untuk tetap tenang dan ngajak dia keluar dari sekretariat itu.
Nah ternyata sorenya berlanjut omongan kita itu sampe di kost aku. Kebetulan kejadian ini h-2 aku mau ulang tahun. Dia dateng ke kost aku dan kita memang coba ngomongin tapi di pembicaraan ini justru dia kayak playing victim gitu dan menyalahkan aku karena aku yang mancing emosi dia.
Karena aku udah mulai males di situ, aku minta putus aja dong toh pikirku baru beberapa bulan pacaran ini. Ternyata pas dia denger aku minta putus, dia ngamuk di kostan aku. Aku didorong sampe ke pagar kostan aku yang emang tingggi dan berat.
Saat itu untungnya sekitar kostan dan di dalam kostan lagi sepi jadi aku enggak malu-malu amat digituin karena enggak ada yang lihat. Aku coba tenangin dia karena masalah utamanya bukan aku nanti luka atau apa, tapi lebih ke malu banget rasanya kalau ada orang yang lihat masa pacaran saja ribut-ributnya sampai kayak gini.
Ketika aku nenangin dia, dia agak mendingan tapi tetep enggak mau putus, sedangkan aku setelah digituin tuh benar-benar makin mau putus banget, kan jadi aku tetep minta putus. Dan dia lagi-lagi ngamuk, tapi kali ini dia ngegampar aku!
Aku kaget dong digampar, jadi aku tenangin diri aku dulu. Terus aku bilang, ‘kamu lanjutin aja kalau enggak malu’. Eh malah beneran dilanjutin dan aku digampar bolak-balik pipi kanan-kiri, itu ada kali sekitar 3 atau 5 kali. Duh aku enggak pengin nangis di situ tapi aku takut ada orang yang lihat, takut maluuuuu.
Terus setelah dia gampar aku, dia bilang “Nih asal lo tau ya gue udah custom birthday cake buat elo. Terus lo giniin gue gitu aja?! Nih lo ambil sendiri buat lo, gue enggak butuh!” Gitu katanya sambil ngelempar bon cake-nya dia terus dia langsung pergi pulang.”
“Setelah dia gampar aku dan pulang dia malah neleponin temen satu kost aku buat bantuin dia supaya aku enggak mutusin dia. Dia cerita ke temenku kalau dia gampar aku tapi dia enggak cerita kalau dia gampar aku bolak-balik. Tapi enggak tahu kenapa aku juga jadinya balikan lagi sama dia. Shame!
Kemudian, kalau kita berantem itu kan aku lebih suka kalau sendiri dulu sampai semuanya enggak emosi, tapi dia malahan sampai nyamperin ke kostan aku. Pernah aku enggak turun dan dia teriak-teriak depan kostan aku dan itu malem-malem.
Satu kostan sampai pada nyamperin ke kamar aku. Kan malu banget. Akhirnya ya mau ga mau setiap berantem dan dia “nyamperin” aku ke kostan, aku pasti turun karena kalo nggak dia pasi akan bikin ulah lebih. Ini jadi tekanan batin banget buat aku.”
“Pernah juga saat itu aku lagi di kostannya dia dan kita berantem. Dia sampai ngelemparin apa pun ke dinding karena saat itu dia cemburu aku masih temenan sama mantanku.
Sebelumnya aku jelasin kalau aku memang punya geng yang isinya kita semua mantanan, tapi ya kita semua enggak ada yang baper malah kita semua bantu masing-masing kalau ada masalah sama pacar masing-masing. Tapi dia itu marah banget dan cemburu banget sama mantan aku, dia itu insecure karena aku pacaran sama mantanku jauh lebih lama daripada sama dia.
Saat itu aku takut banget tapi aku coba stay cool dan diam saja. Dia terus-terusan teriak dan bilang ‘An**ng lo ya kerjaan lo bikin gue emosi terus. Lo enggak pernah mikir apa jadi gue gimana?’ dan terus ngelemparin apa pun ke dinding. Dari mulai gantungan baju tiang yang besi, buku, mouse, dll.
Kebanyakan kita berantem ya karena dia selalu ngerasa insecure itu. Dia enggak pernah suka dengan mantan aku itu tapi ya aku juga enggak mau dong kalau pacar aku dan teman-temanku enggak akur. Aku udah coba kenalin, sampai mantanku juga minta kenalin sendiri langsung, tapi pacarku saat itu enggak mau. Aku pusing karena dia enggak dewasa banget”
“Kemudian pernah juga kita berantem di kampus, tepatnya di jalan raya utama lingkungan dalam kampus. Saat itu cuma karena dia salah paham. Jadi aku dan temannya dia yang juniorku juga lagi tertawa bareng dan dia kira kita ngetawain dia. Terus dia ngamuk-ngamuk dan langsung nyuruh aku pulang sama dia naik motor.
Aku dan temannya dia itu langsung diam karena kita enggak mau sama-sama malu. Akhirnya aku naik motor dan di motor dia ngamuk-ngamuk sampai sepanjang jalan aku diliatin orang-orang, dan parahnya dia sampai mecahin kaca speedometer-nya dia pake tangan. Saat itu semua orang di jalan noleh ke aku.
Kemudian, saat organisasi kita lagi ada kunjungan ke Kementerian di Jakarta, di lingkungan Kementerian itu dia nyiksa aku sampai saat itu aku nangis. Aku dipukul, ditampar, diteriakin. Aku nangis bukan karena fisikku sakit, tapi karena aku enggak sanggup nanggung malu diliatin semua teman-teman organisasi aku.
Mereka mau nolongin pun tapi mereka enggak berani karena yang ada malah nanti jadinya mereka ikut kena juga. Dan aku sampe digituin cuma karena masalah sepele, karena dia enggak suka lihat aku bercanda bareng temen-temen organisasi aku.”
“Ketika aku magang di Jakarta, dan dia masih di kampus kuliah biasa. Ternyata dia nyelingkuhin aku udah 6 bulan, even teman-teman angkatanku, teman-teman kostanku, teman-teman organisasiku, teman-temannya dia tahu tapi cuma aku yang enggak tahu. Sakit banget sih. Dan saat semua orang mulai kasihan sama aku setelah 6 bulan itu, orang-orang mulai beberin bukti-bukti dia selingkuh ke aku.
Saat itu pas banget kampus lagi libur dan dia pulang ke Jakarta. Ketika aku tahu aku diselingkuhin dan aku mau mutusin dia (lagi), dia langsung datengin kostan aku nangis-nangis buaya, ngamuk-ngamuk di mobil sampai bersumpah kalau dia enggak selingkuh, kalau ternyata ceweknya yang gatel deketin dia.
Singkatnya aku enggak jadi putus karena aku dan dia meniatkan sama-sama berubah. Tapi ternyata tabiat memang susah diubah, dia nyelingkuhin aku lagi pas dia magang (saat itu aku udah kerja). Dan saat itu ketika dia selesai magang, dia balik lagi ke kampus dan aku cuti dari kantorku untuk nyamperin dia ke kampus dan ketika aku nyamperin ke kostannya AKU DIUSIR!
Di sana aku sampai diamukin lagi sama dia, dan parahnya aku didorong dia bahkan aku nyungsep ke kasurnya dia. Udah setelah itu aku diusir sama dia dari kostannya.”
“Dan setelahnya aku dbuang gitu saja sama dia. Sampai saat itu dia minta putus dan aku malah yang enggak mau diputusin (sebenarnya enggak mau diputusinnya lebih karena aku enggak terima aku dibuang gitu aja), sampai aku mohon-mohon ketemuan, aku telepon dia dan selalu di-reject, hingga pas telepon aku akhirnya diangkat dia bilang enggak putusin aku tapi pas telepon ditutup dia mutusin aku lagi gitu terus sampe aku nangis semaleman karena ngerasa dibuang banget.
Dia selalu ngebalikin kejadian seolah-olah dia adalah victim. Dia selalu bilang setiap ada masalah aku dan dia enggak pernah dibicarakan baik-baik padahal selalu aku yang berusaha ajak dia bicara, namun responnya pasti ‘udahlah kita udah lewatin itu pasti kita bisa lewatin lagi’.
Pada akhirnya setelah 2 tahun lebih dikit aku putus sama dia, aku yang putusin karena dia selingkuh dengan seniornya dia di tempat magang. Tapi aku ngerasa lega setelah putus, ngerasa aku punya kehidupan dan enggak terkungkung dalam perasaan takut atau malu.”
Dalam cinta enggak mengenal kata kekerasan. Mau siapapun orangnya, ketika ada tindakan kekerasan yang menyakiti, maka sama sekali enggak ada cinta di dalamnya.
Kasus yang dialami Dian ini, memberikan pelajaran pada kita bahwa ketika kita merasa sudah ada yang enggak beres dan sudah ada yang tersakiti, sebenarnya hal ini enggak bisa ditoleransi lagi.
Buat apa kita mau balikan sama cowok yang kasar sikap dan perkataannya, dan ketika itu dia enggak ada rasa bersalahnya sama sekali karena dia masih saja melakukan hal yang sama berulang kali.
Mungkin Dian ketika itu masih menunggu dan maish berharao kalau dia dan pacarnya bisa introspeksi diri dan saling berubah menjadi yang lebih baik. Tapi pada kenyataannya, ternyata omongan janji-janji itu palsu dan enggak bisa dipercaya sama sekali.
Ketika Dian masih mencoba untuk mengerti, jutru dia yang pada akhirnya diselingkuhin! Baiklah, yang lalu biarlah berlalu dan kita enggak bisa memutar waktu. Yang bisa kita lakukan saat ini adalah selalu waspada, dan kita harus bisa dengan tegas menentukan batasan mana yang bisa dimaklumi mana yang enggak bisa.
Semoga kisah Dian ini bisa jadi pelajaran bagi kita, dan menyadarkan bahwa kalau cinta pasti enggak akan tersakiti.