Meski sama-sama menimbulkan stres dan depresi, PMDD hanya terjadi selama siklus menstruasi berlangsung, atau seenggaknya tidak sampai satu bulan penuh. Hal ini lah yang membedakan PMDD dengan depresi pada umumnya.
Menstrual kram atau dysmenorrhea sering dikaitkan dengan gejala PMDD karena sifatnya yang kronis hingga bisa menyebabkan kita menghentikan semua aktivitas.
Menurut studi terbaru dari John Gillebaud, professor kesehatan reproduktif di University College London, menyatakan bahwa kram yang kita alami semasa menstruasi ternyata sama sakitnya ketika seseorang terkena serangan jantung.
Secara enggak langsung, studi ini menyiratkan bahwa enggak seharusnya kita menyepelekan gejala-gejala PMS yang kita alami. Apalagi mengatakan seseorang cuma berpura-pura dramatis pada waktu PMS. (Cosmopolitan.com, Seventeen.com)
(Baca juga: 8 Hal Enggak Wajar Yang terjadi Pada Puting, Tapi Sebenarnya Normal)