Banyaknya teman yang udah melakukan sexting bisa membuat yang tadinya enggak pengin jadi “terpaksa” ikut-ikutan agar enggak merasa ketinggalan atau bahkan biar enggak diejek karena belum pernah sexting.
Enggak jarang saat jatuh cinta kita jadi percaya banget sama gebetan atau pacar. Sampai-sampai kita merasa ingin selalu membuat mereka senang dan memenuhi keinginan mereka, termasuk lewat mengirimkan foto-foto atau pesan yang vulgar.
(Baca juga: Alasan Umum Remaja Melakukan Hubungan Seks saat Pacaran)
Sekarang udah enggak jarang selebritis luar maupun Indonesia yang berani dan nyaman membagikan foto vulgar di media sosial.
Remaja pastinya banyak yang menjadikan para selebritis ini sebagai panutan dan jadi pengin melakukan apa yang mereka lakukan juga.
Ada juga lho alasan ilmiah kenapa sexting marak di kalangan remaja. Ada bagian di otak kita yang bernama prefrontal cortex. Di usia remaja, bagian ini belum terbentuk sempurna. Prefrontal cortex ini punya pengaruh besar dalam pengambilan keputusan dan pengendalian tindakan impulsif.
Banyak yang memilih melakukan sexting karena dorongan seksual sudah tinggi, namun enggak mau mengambil risiko dengan melakukan sexual intercourse.
Kurangnya pendidikan seksual membuat saling bertukar sext dianggap punya risiko rendah karena enggak menyebabkan kehamilan maupun terkena penakit seksual menular. Padahal sexting tetap memliki risiko lain yang enggak kalah mengkhawatirkan, lho!
Karena, bisa saja sexting berujung ke berhubungan seks secara nyata. Selain itu, mungkin saja rasa percaya kita disalahgunakan, bahkan oleh pacar sekalipun, dengan cara menyebarkan teks atau foto kita.
Jadi, apa pun alasannya, jangan sampai deh kita coba-coba sexting.