Yuk, Mengenal Obsesive–Compulsive Disorder Alias OCD!

By Indra Pramesti, Senin, 14 Mei 2018 | 09:45 WIB
Yuk, mengenal penyakit OCD! (Indra Pramesti)

Obsesive-Compulsive Disorder (OCD) adalah sebuah keadaan kronis seseorang di mana seorang individu didigerakkan oleh perilaku obsesif dan kompulsif (tekanan). Umumnya ciri-ciri OCD ditunjukkan dengan memiliki pikiran yang mengganggu, tidak diinginkan, dan kerap terjadi secara terus menerus sehingga menganggu aktivitas sehari-hari seseorang dan menyebabkan keadaan stres yang serius.

Biasanya, orang yang didiagnosa memiliki OCD setidaknya mengalami perilaku tersebut selama satu jam hingga lebih dalam satu hari.

Perilaku obsesi yang sering dimiliki OCD umumnya seperti;

1. Kebersihan dan takut terkontaminasi

Seseorang dengan obsesi terhadap kebersihan dan takut terkontaminasi dengan barang yang kotor sering terlihat peduli dengan kebersihan dirinya sendiri. Contohnya seperti sering mencuci tangan atau menolak jika bersentuhan dengan orang lain.

2. Teratur dan simetris

Seseorang dengan obsesi terhadap segala sesuatu yang teratur dan simetris biasanya menunjukkan ciri-ciri suka mengorganisir barang-barang dengan tema-tema tertentu dan seperti menjadi ritualnya, sehingga aneh kalau dia enggak melakukan hal tersebut.

3. Pikiran penuh ketakutan

Seseorang yang terobsesi dengan pikiran-pikiran penuh ketakutan biasanya berjuang dengan anxiety dan kekhawatirannya terhadap hal-hal buruk yang ditakutkan akan terjadi di masa depan. Umumnya orang ini juga percaya dengan hal-hal yang tabu seperti bentuk seks dan kekerasan.

- Pengulangan kata atau frasa untuk menghindar dari hal-hal yang dia takutkan

Apapun yang ditakutkan seseorang dengan OCD, dia akan berusaha untuk menghindari hal tersebut terjadi padanya dengan mengulangi kata-kata, frase, atau angka supaya ketakutan tersebut enggak menjadi kenyataan.

Misalnya seorang anak memiliki reputasi rajin belajar dan sering diolok temannya karena dia selalu belajar hingga tengah malam. Padahal selama belajar, anak tersebut lebih sering mengulang kata-kata tertentu secara berulang-ulang. Sempurna. 100. Sempurna. 100. Sempurna. 100.

Faktor menjadi korban bullying hingga korban dari orang tua yang abusif, bisa menjadikan seseorang memiliki kecenderungan tersebut.

- OCD Counting rituals

Seseorang dengan OCD yang memiliki kecenderungan menghitung biasanya merasa nyaman ketika dia mampu menghitung objek, menghitung angka sambil melakukan kegiatan.

Seperti diceritakan pada buku berjudul Kissing Doorknobs oleh Terry Spencer Hesser, tokoh anak perempuan berumur 11 tahun bernama Tara di buku tersebut memiliki OCD dengan kecenderungan suka menghitung. Tara melakukan hal tersebut selama hidupnya, karena dia mengalami teror bahwa suatu hal buruk akan terjadi pada ibunya ketika mereka berpisah.

- OCD Checking rituals

OCD ini ditunjukkan dengan seseorang yang memiliki kecenderungan suka nge-cek sesuatu berkali-kali hingga dia benar-benar merasa yakin. Contohnya seseorang yang kerap nge-cek apakah dia sudah ‘benar-benar’ mengunci pintu rumah, atau sudah mematikan kompor, dan lain-lain.

- OCD Cleaning rituals

Ditunjukkan dengan seseorang yang memiliki kecenderungan untuk bersih-bersih dan menghindarkan dirinya dari kontaminasi bakteri dan barang-barang yang kotor. Contohnya seperti memakai sarung tangan di transportasi umum, sering mencuci tangan, hingga menolak diajak bejabat tangan dengan orang lain karena takut terjangkit bakteri.

Penyebab utama OCD hingga sekarang ternyata masih belum diketahui secara pasti. Namun, beberapa faktor dipercaya memicu munculnya OCD.

1. Genetik: OCD bisa dipicu dari faktor genetis. Seseorang yang memiliki saudara kembar atau keluarga dekat dengan riwayat OCD memiliki risiko akna mengalami OCD juga.   

2. Struktur Otak: Berdasarkan penelitian yang berjudul Brain Structural Abnormalities in OCD: Converging Evidence From White Matter and Grey Matter menyebutkan bahwa ketidakwajaran grey matter dalam otak manusia juga bisa memicu OCD. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23174435

3. Lingkungan: Pernah mengalami hidup yang stres seperti trauma juga bisa memicu OCD. Seseorang yang memiliki tic disorder, anxiety disorder, depresi atau menjadi korban kekerasan rawan memiliki OCD.

Sumber:

American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and statistical manual of mental disorders (5th ed.). Arlington, VA: American Psychiatric Publishing.

National Institute of Health. Obsessive-Compulsive Disorder. https://www.nimh.nih.gov/health/statistics/obsessive-compulsive-disorder-ocd.shtml

Obsessive-Compulsive and Related Disorders. (2013). The SAGE Encyclopedia of Abnormal and Clinical Psychology. doi:10.4135/9781483365817.n154

Welter, M., Burbaud, P., Fernandez-Vidal, S., Bardinet, E., Coste, J., Piallat, B., Mallet, L. (2011). Basal ganglia dysfunction in OCD: Subthalamic neuronal activity correlates with symptoms severity and predicts high-frequency stimulation efficacy. Translational Psychiatry,1(5). doi:10.1038/tp.2011.5