Kim Hyuk hidup di jalanan ketika usianya masih 7 tahun. Hingga dewasa, dia pun sudah menjadi pengemis dan pedagang barang-barang illegal. Dia pun melarikan diri dari Korea Utara setelah menghabiskan 20 bulan di ‘kamp pendidikan ulang’.
Untuk melaikan diri, Kim Hyuk menyebrangi Sungai Tumen dan menjalani perjalanan selama 353 hari dari Cina ke Mongolia. Ketika itu dia hanya membawa sedikit bahan makanan.
Dia juga membawa peniti, yang dia gunakan jika dia diborgol atau bisa digunakan untuk bunuh diri dengan menelannya. Jika dia dibilang akan dikembalikan ke Korea Utara, maka dia mengancam akan bunuh diri dengan peniti itu.
Ketika sampai di Korea Selatan, dia pun diinterogasi oleh intelijen resmi. Setelahnya, dia pun menjalani hidup baru, namun dia sama sekali enggak tahu kabar saudara dan ayahnya yang dia tinggalkan di sana.
Seluruh keluarga Song Byeok meninggal pada krisis kelaparan di Korea Utara di tahun 1990-an. Untuk menghindari kelaparan, Song Byeok dan ayahnya pun melarikan diri untuk mencari makanan.
Ayahnya tenggelam ketika mereka berenang menyebrangi sungai ke Cina. Song Byeok pun ditahan dan dikirim ke kamp penjara.
Setelah berhasil mencapai Korea Selatan, Song Byeok pernah bekerja sebagai seniman propaganda tapi sekarang dia menggunakan bakat seninya untuk menumbangkan kekuatan Korea Utara melalui gambaran dari para patriot Korea Utara dan pemimpinnya.
Jo Jin Hye bersama dengan ibu dan saudaranya, berhasil kabur ke Cina, namun mereka beberapa kali tertangkap.
Namun setelah lolos, Jo Jin Hye memutuskan untuk pergi ke Amerika, bukan Korea Selatan. Di Amerika, dia kini menjadi salah satu aktivis yang memperjuangkan hak manusia di Korea Utara.