Wajib Tahu Bahayanya Sering Ngaku-Ngaku Depresi dan Stres!

By Indra Pramesti, Senin, 28 Mei 2018 | 12:35 WIB
Jangan suka self-diagnosis, lho, girls! (Indra Pramesti)

Di era yang memudahkan kita untuk mencari tahu suatu hal dengan cepat, godaan untuk menyimpulkan penyakit yang sedang kita derita jadi semakin tinggi. Terlebih lagi soal penyakit mental.

Padahal sering ngaku-ngaku depresei, stres, atau punya anxiety ternyata berbahaya, lho, girls. Nah, biar enggak salah, yuk cari tahu bahayanya sering ngaku-ngaku depresi dan stres!

(Baca juga: Wajib Tahu Perbedaan Hubungan Sehat Dan Hubungan yang Enggak Sehat)

Sering ngaku-ngaku depresi atau stres sangat berbahaya karena seseorang yang menganggap dia punya depresi bisa salah mendiagnosa. Misalnya orang punya mood swing sering menduga dirinya punya penyakit manic-depressive atau bipolar disorder.

Padahal, mood swing bisa menjadi gejala penyakit klinis lainnya seperti borderline personality disorder atau depresi yang serius. Ahli klinis bisa membantu kita buat mendiagnosa gejala yang kita alami dengan tepat.

Bahaya utama dari self-diagnosis adalah terjebak dalam psychological syndrome, yakni fase di mana kita melewatkan penyakit medis yang ditunjukkan dengan gejala psikologis.

Misalnya seperti panic disorder yang ternyata bisa menunjukkan gejala penyakit hyperthyroidism atau detak jantung yang tidak beraturan. Kalau kita asal mendiagnosa sendiri, penyakit yang sebenarnya kita derita jadi enggak bisa diketahui. Treatment penyembuhan yang kita peroleh pun nantinya juga jadi salah.

Tugas dokter adalah untuk memberi kita sebanyak-banyak informasi tentang penyakit yang kita derita sehingga kita bisa tahu bagaimana treatment penyembuhan yang tepat. Sayangnya, asal diagnosa bisa bikin komunikasi kita dengan dokter jadi bermasalah. Apalagi kalau kita sampai menunjukkan sikap yang enggak percaya.

Dokter bisa diibaratkan sebagai cermin yang membantu kita untuk memahami diri kita sendiri dengan lebih jelas. Dengan self-diagnosis, kita bisa melewatkan hal yang mungkin enggak mampu kita lihat.

Bahaya lain dari self-diagnosis adalah kita jadi semakin berpikir kalau ada yang salah dengan kita, padahal kenyataannya enggak selalu seperti itu. Misalnya ketika kita menderita insomnia, susah konsentrasi, dan depresi, kita langsung menyimpulkan kalau kita memiliki sleeping disorder, ADD, atau jenis depresi lainnya. Padahal belum tentu juga seperti itu. Itulah kenapa, self-diagnosis justru semakin memperburuk keadaan.

Nah, dari sini kita udah tahu, dong bahanya sering ngaku-ngaku punya masalah psikologis tertentu tanpa diagnosa yang tepat dari dokter? Membaca informasi dari internet memang boleh-boleh saja, tapi enggak semua yang kita baca benar adanya. Berdiskusi dengan dokter tentang penyakit kita akan jauh lebih baik sehingga treatment penyembuhannya pun bisa dilakukan tepat sasaran. (Psychologytoday)

(Baca juga: 5 Argumen yang Menandakan Hubungan Kita dengan Pacar Enggak Sehat)