Meskipun sudah sering diperkenalkan, tetapi masih ada orang yang enggak tahu mengenai industri kreatif. Hal ini dibuktikan lewat survei Cewekbanget.id beberapa waktu lalu.
Hasil survei ini menunjukkan delapan sub sektor industri kreatif yang sudah dikenal di Indonesia. Sementara lainnya, masih belum mendapat perhatian dari kita. Hal ini sejalan dengan yang dikatakan oleh Triawan Munaf, Ketua Badan Ekonomi Kreatif, Republik Indonesia.
Menurutnya, wajar industri kreatif masih dipandang sebelah mata. Karena masyarakat masih belum melihat kualitas dan hasil dari industri ini.
“Kita harus bisa bekerja sedikit demi sedikit untuk menyakinkan masyarakat luas. Contohnya, usaha kosmetik halal yang awalnya tidak cukup dipandang mata. Dengan produksi barang yang berpihak pada konsumen, kualitas yang baik dan inovatif, pada akhirnya bisa diterima juga. Harus kualitasnya dulu yang ditingkatkan agar masyarakat juga percaya.”.
Menurut Zumar dalam artikel ilmiahnya berjudul Pentingnya Ekonomi Kreatif Bagi Indonesia, ekonomi kreatif atau industri kreatif adalah industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan, dan bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan mengeksploitasi daya kreasi dan daya cipta individu.
Daftar pustaka: D. Zumar, 2008. Pentingnya Ekonomi Kreatif Bagi Indonesia. Warta Ekonomi, No. 12
(https://media.neliti.com/media/publications/ 218811-studi-tentang-kondisi-industri-kreatif-p.pdf)
Livi Zheng
SUTRADARA FILM
“Ditolak berkali-kali, 32 kali lebih tepatnya, mendapat stigma buruk dari beberapa orang di Hollywood pernah saya alami. Untuk menggapai mimpi kita hal yang diperlukan adalah mencari pengalaman. Sebelum saya menjadi sutradara, saya pernah bekerja di bagian kostum, properti, koreografi, dan segala sesuatu yang bisa menjadi jembatan saya mengejar mimpi.”
Lala Bohang
ILUSTRATOR
“Industri kreatif seperti ilustrasi, musik, atau film selalu ada dan dibutuhkan oleh banyak orang sebagai ‘jeda’ dari rutinitas mereka. Fungsi kreator adalah untuk menciptakan ‘jeda-jeda’ itu.”
Meski awalnya dipandang sebelah mata, saat ini industri kreatif semakin berkembang. Hal ini terbukti dengan banyaknya lapangan pekerjaan di industri ini.
Selain itu, tahun 2017 lalu, Badan Ekonomi Kreatif mencatat ekonomi kreatif memberikan sumbangan sekitar 7,44 % terhadap perekonomian nasional. Sayangnya, jumlah tersebut belum terbagi rata ke semua sektor.
Padahal Bekraf menilai, subsektor ini memiliki potensi yang besar, tetapi belum mendapat perhatian berbagai pihak untuk pengembangannya.
Rata-rata penduduk dengan pekerjaan utama ekonomi kreatif tumbuh sekitar 4,69% per tahun.
Dengan pengusaha ekraf yang didominasi oleh perempuan, yakni
Kontribusi Industri Kreatif Indonesia di Tahun 2016,, ada 8,2 juta usaha ekraf di Indonesia, yang meliputi:
“BEKRAF saat ini punya beberapa target. Salah satunya adalah 50% film Indonesia bisa diputar di bioskop lokal pada tahun 2020 mendatang. Karena saat ini masih sekitar 30-40% yang tayang di bioskop lokal. Selain itu, BEKRAF juga berupaya meningkatkan semua bidang di industri kreatif tanpa terkecuali.”
Perkembangan industri kreatif, ternyata sudah dimanfaatkan oleh banyak banyak anak muda di Indonesia. Bidang yang mereka pilih pun beragam, mulai dari kuliner hingga film. Berikut profil pelaku industri kreatif yang sudah sukses di bidangnya masing-masing.
DIERA BACHIR
(Fotografer Profesional)
“Aku enggak ada basic akademik soal fotografi. Aku ini lulusan Visual Komunikasi UPH. Awal masuk dunia fotografi cuma hobi yang bikin aku happy aja.
Pertamanya aku cuma jadi fotografer untuk wedding photography, terus klien mulai minta buat kehamilan, bayi, keluarga, sampai akhirnya sekarang jadi commercial photography.
Klien aku beragam mulai dari orang biasa sampai seleb papan atas Indonesia.”
LALA BOHANG
(Ilustrator dan Penulis Buku “The Book of Forbidden Feeling)
“Gue ini lulusan Arsitektur, tapi enggak pernah beneran jadi arsitek. Sekitar tahun 2009 gue membulatkan tekad jadi ilustrator komersil. Karena passion gue dari kecil memang gambar.
Setelah beberapa waktu kerja jadi ilustrator di GPU, gue ditawarin untuk bikin buku. Mereka bilang bukunya terserah gue maunya kaya apa.
Terus gue ada ide kombinasikan tulisan dan ilustrasi. Dan, akhir tahun 2016 The Book of Forbidden Feeling berhasil dipublikasikan.”
KESHIA DEISRA & KARINA MECCA
(Pendiri “Dulcet Patisserie”, Bisnis Kuliner)
“Karena gue suka masak meski enggak jago-jago banget, akhirnya pas lulus SMA gue sama Karina memutuskan untuk coba bikin cupcakes terus ditawarin ke temen-temen sendiri. Enggak ada ambisi besar atau sukses.
Tapi, feedback dari temen-temen gue bagus dan gue berani ngembangin resep. Dulcet Pattisserie ini berkembang sejalan dengan proses gue belajar buat mengembangkan resep.”
Beby Tsabina
(Vlogger)
“Nge-vlog itu sebenarnya kau jadi lebih bisa berinteraksi sama orang sih, dan aku juga bisa bikin suatu memori. Meskipun enggak terlalu banyak, tapi aku sempatin buat nge-vlog saat di Belanda kemarin.
Menurutku pribadi sih kalau vlogger lebih ke hobi saja sih, dan kalau misalnya ke profesi untuk masa depan aku lebih milih akting.”
Prilly Latuconsina
(Aktris)
“Aku aktif di dunia akting, tetapi banyak mencoba hal baru di dunia kreatif juga. Buat remaja, penting sering berkomunikasi dengan orang-orang yang lebih dewasa, atau yang paham dan ahli dalam bidang yang kita minati yang mungkin enggak bisa kita dapatkan dari teman yang seusia kita.
Jadi aku memang lebih senang ngobrol sama orang yang lebih dewasa sih, karena bisa bermanfaat untuk ke depannya.”
Aufa Tokyo
(Selebgram)
“Sekarang itu kan dunia itu sudah semakin terdepan, jadi lebih mudah bagi seseorang untuk menunjukkan ciri khasnya. Cara aku sendiri, adalah dengan melakukan selfie. Dari selfie ini aku bisa menemukan jati diriku.
Dan yang namanya selfie itu juga bukan hanya selfie biasa saja, tapi juga bagaimana cara aku menemukan fashion, style, dan makeup aku.
Bagaimana juga caranya aku membuat space untuk mengambil selfie. Dari situ aku pun menemukan originalitasku.”
Wulan Fadila
(Penulis)
“Aku mulai menulis kelas 2 SMP, terus sempat berhenti dan mencoba bidang lain, seperti fotografi hingga basket. Karena kangen akhirnya aku balik lagi untuk menulis.
Meskipun dalam menulis perlu komitmen dari diri sendiri. Ketika kita enggak berkomitmen menyelesaikannya, maka karya kita enggak akan pernah selesai. Meskipun capek kita harus tetap menulis.”
Livi Zheng
(Sutradara Film)
“Aku ini lulusan ekonomi, tapi memutuskan untuk terjun ke dunia film karena memang sudah jatuh cinta dengan bidang ini. Aku menjadi sutradara yang enggak bisa instan.
Aku pernah coba di bagian kostum, editing, properti, koreografi. Setelah cukup belajar, aku akhirnya memutuskan untuk menjadi sutradara Brush With Danger.
Tetapi skenario film aku ini pernah ditolak 32 kali. Ketika skenario sudah diterima, aku ditolak oleh kru-kru film Hollywood karena mereka yang sangat picky. Karena kesuksesan sebuah film menentukan karier dari kru tersebut.
Makanya, mereka enggak mau karier mereka hancur kalau filmnya tidak sukses. Baru setelah mendapatkan kru aku bisa memproduksi film.”
Petty Kaligis
(Makeup Artist)
“Saya enggak sengaja terjun di dunia ini. Awalnya bantu teman saya makeup saat lamaran. Ternyata, hasilnya bagus.
Awalnya dari mulut ke mulut, akhirnya yang saya kerjakan membuahkan hasil. Untuk memperdalam bakat saya, saya belajar makeup pada salah satu makeup artist profesional.
Dalam bidang ini intinya tekun dan banyak belajar, banyak cari info. Anak muda yang bekerja berdasarkan hobinya, hasilnya akan lebih maksimal.”
Kita sebagai remaja Indonesia, jangan ‘tunggu waktunya’ untuk bisa berekspresi atau berpartisipasi dalam industri kreatif. Berani untuk mengutarakan apa yang kita inginkan, adalah cara paling sederhana yang bisa kita lakukan.
Perlu diingat kalau ide kreatif enggak keluar dari kepala kita dengan sendirinya, tapi kita harus bisa menyampaikannya dengan baik dan berani agar ide itu bisa terwujud.
Namun, kita jangan asal membuat ide atau konten demi eksis atau viral di dunia. Kita harus bisa berpikir dengan matang hal bermanfaat dan bisa menginspirasi banyak orang. Untuk apa jadi terkenal kreatif kalau ternyata efek dari kreativitas kita itu justru merugikan atau menyakiti orang lain.
Selain untuk karier, terjun di bidang kreatif juga bisa membuat kita mengharumkan nama bangsa ya, girls! Semakin banyak generasi muda yang berkreasi, semakin membuat negara kita maju dan enggak tertinggal di mata dunia.