Jangan tertipu, kura-kura yang ini enggak suka sembunyi. Sebaliknya. Ketika yang lain hanya serius di kelas, alias kuliah-pulang (kupu-kupu), kura-kura sibuk kuliah-rapat kepanitiaan atau ngumpul sama anggota Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) lainnya. Ketika yang lain kuliah-nangkring (kunang-kunang), kura-kura sibuk sama bahan presentasi atau mikirin proyek terbaru buat dijalanin. Lalu, semua waktu yang diluangkan di luar ruang kelas ini, apakah terbuang percuma tapi penuh tawa? Atau, masa depan justru secerah tawa si kura-kura?
Siapa, sih, yang enggak pengin lulus dengan nilai memuaskan? Iya, Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yang baik bisa membuat jalan menuju pekerjaan idaman jadi sedikit lebih mudah. Dan bisa membantu kita meraih apa yang kita mau dalam hidup. Tapi, apa iya, cuma nilai akademis yang menjamin masa depan kita?
Oke, kesuksesan memang enggak hanya diukur dari pekerjaan yang kita dapatkan setelah kuliah. Balik lagi ke tujuan hidup dan persepsi kita soal kesuksesan. Tapi, apa yang kita kerjakan begitu terjun ke masyarakat setelah lulus tentunya berperan besar buat hidup kita. Dan mahasiswa makin menyadari, memperluas pengalaman dan pergaulan selama kuliah sama pentingnya dengan mengasah ‘ketajaman otak.’
Senada dengan survei yang dilakukan cewekbanget.id tentang penting atau tidaknya ikut di kegiatan organisasi kampus:
KESIBUKAN KAMU DI KAMPUS
Menurutku, penting untuk ikut organisasi di kampus. Apalagi buat anak daerah. Aku berasal dari Jambi, jadi di awal aku merasa kagok. Aku aktif di Paduan Suara Gita Swara Jaya (PSGSJ) dan di sini aku juga belajar mengembangkan diri dan potensi. Kalau bukan karena ini, aku enggak akan pernah berani ngomong di depan umum,”
Ryan Kurniawan, Manajemen, Universitas Atma Jaya.
*Berdasarkan hasil interview dengan sepuluh orang mahasiswa kura-kura
dan sepuluh orang mahasiswa kupu-kupu.
Buat yang setelah lulus kuliah mau terjun ke dunia kerja, komisaris GTS Group, Chrisrine Manopo mengatakan kalau, lulusan yang aktif di organisasi punya ‘nilai lebih.’ GTS Group adalah holding company yang sudah sering menghadapi para pelamar kerja. Menurut Christine lagi, ada lima keahlian penting yang meningkatkan ‘nilai’ kita di mata industri.
“Mahasiswa kupu-kupu kemampuan berorganisasinya kurang terasah karena cenderung pasif alias nerima aja. Ini enggak pas karena di dunia kerja, kita butuh seserang yang siap pakai,”
Christine Manopo, Komisaris GTS Group.
“Sebenarnya, enggak semua kura-kura bagus dan enggak semua kupu-kupu jelek. Tapi, mahasiswa aktif sudah terbiasa bersosialisasi dan menangani proyek atau tugas. Biasanya soft skills yang rajin berorganisasi, apalagi yang menempati posisi penting seperti ketua sudah lebih terasah. Sudah terbiasa menerima delegasi tugas atau mendelegasikan tugas. Mereka biasanya lebih luwes, supel, dan wawasannya lebih luas,”Anastasia Herawati, Recruitment and Selection Analyst Kompas Gramedia Majalah.
“Sebenarnya, enggak semua kura-kura bagus dan enggak semua kupu-kupu jelek. Tapi, mahasiswa aktif sudah terbiasa bersosialisasi dan menangani proyek atau tugas. Biasanya soft skills yang rajin berorganisasi, apalagi yang menempati posisi penting seperti ketua sudah lebih terasah. Sudah terbiasa menerima delegasi tugas atau mendelegasikan tugas. Mereka biasanya lebih luwes, supel, dan wawasannya lebih luas,”Anastasia Herawati, Recruitment and Selection Analyst Kompas Gramedia Majalah.
Di mata industri, aktif berorganisasi membuat kita terlihat ‘seksi.’ Tapi, pengalaman kita di luar ruang kelas ini bermanfaat lebih daripada itu, khususnya buat kita secara individu.
“Bagi mahasiwa Komunikasi yang fokus pada Public Relations, kegiatan dalam organisasi sangat bermanfaat. Ketika bikin event, sebagai humas, aku harus mampu membuat jaringan internal komunikasi yang baik antara anggota. Agar informasi dapat tersampaikan dengan baik. Aku rasa kemampuan itu akan bermanfaat dalam dunia pekerjaan,“ Hans Christian Rumapea, Corporate Communication, Ilmu Komunikasi, Universitas Atma Jaya.
Aktif di kampus is a must, tapi aktif yang seperti apa? Yang pasti bukan asal nongkrong. Menurut Christine, pilih kegiatan yang sesuai dengan minat. Lebih baik lagi mengikuti kegitan yang bisa mendukung karier yang akan kita sasar nantinya. Tapi jangan terlalu banyak kegiatan, nanti malah keteteran.
Selain ikut BEM, kita juga bisa ikut UKM atau komunitas. Di sini, kita bisa menyalurkan hobi dan mengasah kemampuan yang kita miliki. Setiap universitas punya banyak UKM yang bisa mengakomodir semua minat dan kebutuhan mahasiswanya. Di Universitas Atma Jaya Jakarta, misalnya. Ada banyak UKM yang bisa dipilih sesuai dengan minat dan passion kita. Dari fotografi sampai bela negara.
“Ketika kuliah, aku aktif di Gerakan Anak Asuh (GASU). Aku pernah membuat proyek kerjasama antara GASU dengan Educational Experiences for Children and Youth (CISV) yang membantu menyekolahkan anak-anak dari keluarga kurang mampu. Lewat kegiatan ini, aku mendapat pengalaman baru di luar kuliah dan di luar pekerjaanku sebagai musisi. Aku bertemu banyak orang dengan passion yang sama denganku, yaitu membantu anak-anak dari keluarga kurang mampu,” Lala Karmela, musisi, lulusan Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya.
“Ketika kuliah, aku aktif di Gerakan Anak Asuh (GASU). Aku pernah membuat proyek kerjasama antara GASU dengan Educational Experiences for Children and Youth (CISV) yang membantu menyekolahkan anak-anak dari keluarga kurang mampu. Lewat kegiatan ini, aku mendapat pengalaman baru di luar kuliah dan di luar pekerjaanku sebagai musisi. Aku bertemu banyak orang dengan passion yang sama denganku, yaitu membantu anak-anak dari keluarga kurang mampu,” Lala Karmela, musisi, lulusan Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya.
“Aktif di Hima membuatku terlatih berpikir kritis, menyelesaikan masalah, bekerjasama dalam tim, membangun relasi, dan berkomunikasi dengan orang lain. Sekarang aku magang di kantor akuntan publik Price Waterhouse Cooper, dan apa yang aku dapat di Hima membantu banget saat bekerja. Aku bekerja dalam tim, jadi harus bisa bekerjasama biar deadline terpenuhi. Aku juga harus bertemu klien yang berbeda. Karena sudah terlatih untuk membangun relasi dan komunikasi dengan orang lain, aku enggak menemukan masalah berarti,” Florence Fransisca, Vocational Employee Price Waterhouse Cooper, jurusan Akuntansi Universitas Atma Jaya.
“Aku ikut program student exchange hasil kerja sama dengan Teikyo University dan jadi angkatan pertama yang dikirim ke sana. Programnya masih terbatas untuk Fakultas Teknik Mesin dan Bioteknologi di Universitas Atma Jaya. Kita ngerasain langsung metode penelitiannya, jadi kayak asisten laboratorium gitu, deh. Juga belajar budaya Jepang dan jalan-jalan karena saat meneliti, kita suka dibawa ke daerah lain. Alasan aku ikut kegiatan ini adalah untuk mendapat banyak pengalaman. Lagipula, aku bisa sambil menulis skripsi, jadi masih bisa lulus tepat waktu,” Geraldus Aristophanes, Teknik Mesin Universitas Atma Jaya.