CewekBanget.ID - Girls, pandemi COVID-19 mungkin membuat kita merasa terasing atau terisolasi, betul enggak nih?
Masa pandemi ini memang membuat kita jadi lebih sulit bertemu teman-teman secara tatap muka karena aturan pembatasan jarak.
Nah, di usia kita yang masih remaja, ternyata perasaan tersebut dapat berdampak panjang, lho!
Baca Juga: 5 Pelajaran Berharga yang Kita Dapat dari Sebuah Penolakan. Tetap Semangat, Ya!
Periode Rentan
Masa remaja, yaitu kelompok usia 10-24 tahun, merupakan periode yang rentan.
Di usia ini kita butuh menghabiskan waktu bersama teman-teman ketimbang keluarga, karena kita sedang menyiapkan diri untuk kehidupan dewasa.
Dikombinasikan dengan perubahan biologi dan hormonal, masa remaja juga sangat krusial dalam perkembangan otak kita.
Usia ini biasanya menjadi periode mulai munculnya masalah kesehatan mental.
Baca Juga: Lakukan 5 Cara Ini Supaya Kita Bisa Jadi High Quality Jomblo, Yuk!
“Akibat dari pandemi COVID-19, banyak remaja di seluruh dunia kini berkurang kesempatannya untuk interaksi tatap muka dengan teman-temannya, di periode yang sangat krusial dalam perkembangannya,” kata Prof. Sarah-Jayne Blakemore dari departemen psikologi Universitas Cambridge, seperti dilansir dari Kompas.com, Senin (22/6/2020).
Dampak Panjang
Berkurangnya pertemuan tatap muka kita sebagai remaja dengan teman-teman akibat karantina saat pandemi bisa menimbulkan perasaan terisolasi dan berdampak jangka panjang.
Efek perasaan isolasi dan kesepian ini berdampak negatif pada remaja, terutama pada perkembangan otak, perilaku, dan kesehatan mental kita.
Menggunakan media sosial untuk berkomunikasi mungkin bisa mengurangi efek negatif dari perasaan terisolasi itu.
Baca Juga: Lebih Sedih? Yuk Balikin Mood dengan 3 Cara Mudah & Cepat Ini!
Walau begitu, para ahli menyebutkan bahwa sekolah bisa dibuka lagi, terutama untuk tingkat menengah, dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.
Blakemore mengatakan, walau karantina di rumah termasuk sementara, tapi bagi remaja beberapa bulan tetap jumlah yang besar dalam kehidupan kita.
Mengingat terampasnya kehidupan sosial remaja, Blakemore dan timnya menyarankan agar pembuat kebijakan bisa mempertimbangkan aspek kesehatan mental remaja.
(*)
Penulis | : | Salsabila Putri Pertiwi |
Editor | : | Indah Permata Sari |
KOMENTAR