Daripada seperti itu, sebaiknya kita memberikan ruang dan waktu bagi orang lain untuk mencerna seluruh perasaannya sambil tetap mendampingi mereka jika dibutuhkan.
Berusahalah untuk memperluas empati ketika kita sedang berusaha memahami perspektif mereka.
Kritik Terus
Coba cek diri sendiri deh girls, kalau kita selalu mengkritik apapun di sekitar kita bisa jadi kita merupakan salah satu orang yang toxic.
Apalagi kalau kritik yang kita berikan sama sekali enggak membangun dan dilontarkan dengan kata-kata pedas.
Mungkin kita akan berpikir kritik yang diberikan sama dengan saran untuk mereka.
Namun, faktanya kata-kata itu justru melemahkan orang yang mendengar atau menerima kritik tersebut.
Bukannya enggak boleh memberikan kritik, tapi semua ada tempat dan batasannya masing-masing.
Jadi, sebelum memberikan opini atau pedoman, cobalah berpikir bagaimana kira-kira opini dan pedoman tersebut akan diterima.
Kita juga perlu melihat lebih dalam apa yang membentuk pola kritik tersebut dan diskusikan pada orang yang menerima, bahwa kita berniat mengubah perilaku kita.
Agresif-Pasif
Mungkin kita tipe orang yang menghindari konflik atau cekcok sehingga kerap melampiaskan kekesalan secara enggak langsung.
Perilaku ini biasa disebut sebagai agresif-pasif.
Meski tampak baik karena belum tentu bisa menyinggung orang lain, sebetulnya perilaku seperti ini sangat berbahaya karena tersembunyi sebagian, sehingga sulit untuk diselesaikan.
Hal yang harus dilakukan adalah jujur pada diri sendiri tentang perasaan yang mengarah pada perilaku tersebut.
Jika kita enggak senang dengan sesuatu dan sesuatu itu pantas untuk ditangani, carilah waktu dan cara yang tepat untuk menuntaskannya secara langsung dan jujur.
Stem Cell, Terobosan Baru Sebagai Solusi Perawatan Ortopedi Hingga Cedera Olahraga
Penulis | : | Salsabila Putri Pertiwi |
Editor | : | Kinanti Nuke Mahardini |
KOMENTAR