Di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bucin ini enggak ada artinya girls, jadi istilah ini lebih merupakan bagian dari bahasa gaul masa kini.
Di mata orang normal, tindakan para bucin seringkali enggak masuk akal karena rela melakukan apapun demi orang yang dicintai, mulai dari mengorbankan harta hingga perasaannya sendiri.
Menurut penelitian, kita kemungkinan besar menjadi 'budak cinta' saat masa pacaran baru berjalan kurang dari tiga bulan.
Namun, kita juga bisa menjadi bucin ketika jatuh cinta pada seseorang, meski belum berstatus saling memiliki.
Baca Juga: Stop Ngebucin! Ini 5 Alasan Jadi Bucin Itu Bikin Kita Rugi, Girls!
Perspektif Psikologis
Tentu kita sering mendengar istilah 'cinta itu buta'.
Nah, saat menjadi bucin, kita enggak lagi dapat melihat seseorang dari kacamata yang logis sehingga menganggapnya sebagai orang yang sempurna dan berhak mendapatkan semua keinginannya.
Menurut teori psikologi Sigmund Freud, bucin ini merupakan situasi ketika kita sedang memuja orang lain secara sadar maupun enggak, ditandai dengan cara mencintai orang lain dengan segenap jiwa dan raganya.
Normalnya, pengorbanan ini digunakan untuk menarik hati orang yang kita cintai supaya perasaan kita berbalas dan orang tersebut dapat menjadi pasangan kita.
Namun, bucin juga seringkali enggak harus memiliki sehingga kita cenderung akan rela berkorban, sekalipun orang yang dicintai memilih orang lain.
Kondisi psikologis seperti ini nyaris terjadi pada semua orang, terutama remaja, ketika masih berada di fase awal jatuh cinta.
Saat itu, kita sedang senang-senangnya mengeksplorasi sisi positif dari orang yang kita cintai, hingga kekurangannya pun dianggap sebagai hal yang lucu dan menggemaskan.
Dalam fase ini, kita akan merasa lebih hidup ketika menyenangkan orang yang dicintai, sekaligus takut kehilangan dirinya jika enggak memenuhi permintaannya.
Penulis | : | Salsabila Putri Pertiwi |
Editor | : | Indah Permata Sari |
KOMENTAR