Kok, Bisa Jadi Bucin?
Fenomena bucin dapat dijelaskan secara ilmiah.
Terdapat seenggaknya dua faktor di dalam tubuh manusia yang bisa mengakibatkan seseorang menjadi bucin, yaitu faktor kimia dan psikologis.
Secara kimiawi, otak manusia memang diprogram untuk jatuh cinta dan ketika saat itu tiba, hormon dopamin diproduksi secara massif di dalam otak sehingga cinta akan terasa candu seperti kokain.
Makanya, enggak heran ketika kita jatuh cinta hingga menjadi bucin, semua hal yang dilakukan akan terasa menyenangkan dan menciptakan kepuasan tersendiri di dalam otak.
Sedangkan dari sisi psikologis, tingkat keparahan seseorang menjadi bucin ditentukan oleh kondisi psikologisnya, misalnya semakin rendah harga diri, keadaan mental, serta emosionalnya, semakin besar kemungkinan orang tersebut menjadi bucin.
Baca Juga: Bukan Jadi Bucin, Ini 5 Tanda Cowok Benar-benar Sayang Kita!
Dampak Negatif
Enggak bisa dipungkiri, menjadi bucin artinya harus siap dengan konsekuensi negatif yang mungkin diterima ketika memenuhi permintaan seseorang tanpa logika.
Orang lain dengan logika yang masih berjalan pasti melihat tindakan bucin sebagai hal yang enggak masuk akal.
Enggak heran bila bucin sering dikritik, bahkan dirundung, karena tindakannya tersebut.
Hanya saja, kritikan tersebut biasanya juga enggak didengar karena perasaan yang dirasakan saat jadi bucin sangat kuat hingga menutup akal sehatnya.
Selain itu, target-target tertentu dalam hidup yang pengin kita raih bisa terlupakan akibat terlalu fokus kepada percintaan yang belum tentu menghasilkan sesuatu yang positif.
Bucin juga membuat kita selalu bisa mencari alasan pembenaran atas keinginan yang diminta oleh orang yang dicintai, hingga enggak sadar bahwa hal itu lama-kelamaan akan membuat perasaan kita terluka dan memperparah kondisi psikologis di kemudian hari.
Untuk mengakhiri predikat bucin, kita mesti meluangkan waktu untuk mengevaluasi diri dan kenali orang yang kita cintai dengan lebih seksama.
Bila perlu, ungkapkan perasaan pada dirinya sehingga kita memiliki ekspektasi yang nyata tentang hubungan dengannya.
(*)
Penulis | : | Salsabila Putri Pertiwi |
Editor | : | Indah Permata Sari |
KOMENTAR