Dia pertama kali mengajar anak-anak menggambar di Galeri Seni Sono sekitar tahun 1969 dan karena kepiawaiannya dalam menggambar, Pak Tino diminta mengisi acara 'Gemar Menggambar' di TVRI Yogyakarta pada 1976-1978.
Sekitar 10 tahun kemudian, acara televisi yang dibawakan Tino kemudian diambilalih TVRI pusat di Jakarta, sehingga jangkauan acara itu meluas ke banyak wilayah Indonesia.
Selama 20 tahun membawakan 'Gemar Menggambar', Pak Tino berhasil membuat aktivitas menggambar menjadi sesuatu yang sederhana dan menyenangkan sehingga dia sangat digemari anak-anak.
Baca Juga: Rayakan Hari Guru, Ini 5 Fakta Tentang Hari Guru Nasional yang Perlu Kita Ketahui!
Metode Garis Lurus dan Garis Lengkung
Saat tampil di layar kaca, Pak Tino memberikan dasar-dasar dalam menggambar, yakni garis lurus dan garis lengkung, sebab padu-padan dua garis itu akan menghasilkan suatu gambar yang diinginkan.
Enggak hanya itu, Tino juga menyampaikan bahwa ia memakai bentuk huruf dan angka sebagai dasar untuk menggambar bentuk lain.
Metode sederhana itu dibawakan Tino dengan sikap ramah dan selalu memuji apa pun hasil gambar anak-anak yang dikirimkan ke studio TVRI.
Meski sempat disebut sebagai guru menggambar, Tino enggak biasa disebut sebagai orang yang mengajarkan ilmu menggambar kepada anak-anak dan lebih merasa sebagai seseorang yang memberikan dorongan dan membangkitkan minat, gairah, serta keberanian menggambar kepada anak-anak dengan suatu sistem dan contoh.
Selain merangsang imajinasi dan kreativitas, menggambar juga bisa menjadi penyaluran emosi bagi anak-anak.
Pada 2017, sebuah museum didirikan di bekas kediaman Tino Sidin di Yogyakarta demi mengabadikan warisan seniman pengajar tercinta Indonesia itu.
Selamat ulang tahun, Pak Tino!
(*)
Penulis | : | Salsabila Putri Pertiwi |
Editor | : | Indah Permata Sari |
KOMENTAR