Uji Coba Vaksin
Uji coba ketat pengujian vaksin dirancang untuk mengukur penyakit COVID-19.
Orang yang diuji coba secara acak diberikan vaksin atau plasebo, kemudian diminta melaporkan gejala COVID-19 yang mereka alami, seperti demam, batuk, sesak napas atau nyeri otot.
Para peneliti studi kemudian menentukan apakah akan menguji mereka atau enggak.
Apabila orang yang secara sukarela diuji positif terinfeksi virus, mereka tercatat sebagai kasus COVID-19 yang dikonfirmasi.
Kemudian, para peneliti akan melihat kelompok kasus COVID-19 dan membandingkan antara jumlah orang yang divaksinasi dengan jumlah orang yang mendapatkan plasebo.
Artinya, orang yang divaksinasi belum tentu kebal terhadap infeksi virus, namun cenderung mengalami gejala yang lebih sedikit dan enggak sakit seperti orang-orang yang enggak mendapat vaksin.
Hal itu masih jauh lebih baik ketimbang terinfeksi virus corona dan kemudian dirawat di rumah sakit, yang akan memerlukan perawatan intensif dan ventilator untuk bernapas.
Semakin banyak orang yang dapat mengalami gejala lebih ringan dan pulih di rumah, akan semakin sedikit beban pada sistem perawatan kesehatan dan paparan virus pada petugas kesehatan.
Baca Juga: Menurut Peneliti, Ini 3 Hal yang Jadi Tantangan Pengembangan Vaksin Covid-19!
Tidak Menjamin Perlindungan dari Infeksi Virus
Penulis | : | Salsabila Putri Pertiwi |
Editor | : | Indah Permata Sari |
KOMENTAR