CewekBanget.ID - Periode menstruasi bisa terasa sulit bagi sebagian dari kita karena harus menahan rasa sakit yang begitu hebat.
Terkadang durasi haid berkepanjangan juga dapat mengurangi kenyamanan beraktivitas.
Sebaliknya, ada pula yang mengalami menstruasi dalam waktu singkat, hanya dua hari.
Periode menstruasi yang sangat pendek ini juga menandakan adanya masalah dan perlu perhatian khusus.
Periode singkat yang berlangsung rata-rata dua hari dapat disebabkan oleh berbagai faktor lho, girls! Apa saja?
Baca Juga: Nyeri Haid Wajar, Tapi Kalau Sudah Begini Segera Periksa ke Dokter!
Pendarahan Anovulatori
Pendarahan anovulatori terjadi meskipun ovarium enggak melepaskan sel telur sehingga menstruasi berlangsung singkat.
Hal ini mungkin disebabkan oleh kondisi medis tertentu seperti kista ovarium, penyakit tiroid, dan sindrom ovarium polikistik (PCOS).
Jika lama kelamaan periode menstruasi semakin pendek dan ada juga gejala seperti hot flashes atau semburan panas di wajah, serta vagina kering, maka ini menandakan hal lain, kemungkinan tanda-tanda tersebut menunjukkan kegagalan ovarium prematur.
Kondisi ini terjadi saat ovarium berhenti bekerja secara normal sebelum usia 40 tahun sehingga enggak menghasilkan sel telur atau dikenal dengan istilah menopause dini.
Periode menstruasi yang lebih pendek enggak selalu berarti lebih ringan, sebab tergantung dari penyebabnya.
Misalnya, apabila periode singkat disebabkan oleh penyakit tiroid dan PCOS, maka berpotensi membuat menstruasi lebih berat.
Baca Juga: Jangan Salah, Gini Aturan Memakai Pembalut dan Pantyliner yang Benar!
Sedangkan jika penyebabnya menopause dini, maka pendarahan lebih singkat.
Selain itu, periode menstruasi yang singkat juga bisa menjadi tanda awal kehamilan atau dikenal dengan istilah pendarahan implantasi.
Bercak darah bisa terjadi pada saat atau mendekati jadwal menstruasi, padahal pada kenyataannya sel telur yang dibuahi menempel pada endometrium atau lapisan dalam rahim dan normal di masa awal kehamilan.
Jadi, apabila kita mengalami periode menstruasi pendek selama tiga bulan berturut-turut, maka sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter.
Hal yang sama juga berlaku jika menstruasi menyebabkan pendarahan sangat berat sehingga membutuhkan lebih dari satu pembalut dalam satu jam dan disertai kram parah.
Kontrasepsi dan Pengobatan
Pil atau suntikan KB hormonal serta alat kontrasepsi dalam rahim (IUD) dapat menyebabkan siklus menstruasi lebih pendek dan lebih ringan.
Hormon dalam pil KB bisa menipiskan lapisan rahim sehingga meringankan dan mempersingkat menstruasi.
Perempuan yang menggunakan pil progestin saja dapat mengalami pendarahan, di antaranya menstruasi.
Ada pula obat-obatan lain yang memengaruhi periode menstruasi, misalnya obat pengencer darah, obat antipsikotik atau antidepresan, obat steroid, dan obat herbal seperti ginseng.
Baca Juga: Kenapa Minum Kopi Saat Menstruasi Bisa Bikin Kram Perut Makin Parah?
Faktor Gaya Hidup
Banyak gaya hidup yang dapat memengaruhi durasi menstruasi, termasuk perubahan pada rutinitas harian dan tingkat stres.
Tingkat stres yang tinggi dapat memengaruhi hormon yang pada gilirannya memengaruhi siklus menstruasi.
Jika kita mengalami stres berat, kita mungkin mengalami menstruasi yang enggak teratur, lebih pendek, atau lebih ringan dari biasanya, bahkan ada yang enggak mengalami menstruasi sama sekali.
Kemungkinan besar periode menstruasi akan kembali normal setelah tingkat stres turun.
Selain itu, penurunan berat badan yang signifikan dapat menyebabkan menstruasi enggak teratur.
Gangguan makan seperti anoreksia atau bulimia dapat menyebabkan menstruasi berhenti sama sekali.
Kemudian olahraga berlebihan juga dapat menyebabkan menstruasi yang enggak teratur atau bahkan enggak ada sama sekali, dikarenakan jumlah energi yang dibakar enggak seimbang dengan jumlah nutrisi yang memadai.
Akibatnya tubuh enggak akan memiliki cukup energi untuk menjaga semua sistem bekerja dan mulai mengalihkan energi dari beberapa fungsi seperti reproduksi.
Hal ini dikarenakan hipotalamus, suatu bagian di otak memperlambat atau menghentikan pelepasan hormon yang mengontrol ovulasi.
(*)
Penulis | : | Salsabila Putri Pertiwi |
Editor | : | Indah Permata Sari |
KOMENTAR