CewekBanget.ID - Menteri Kesehatan Republik Indonesia menetapkan tujuh jenis vaksin Covid-19 yang akan digunakan untuk pelaksanaan vaksinasi di Tanah Air.
Ketetapan itu dituangkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/ Menkes/12758/2020 yang ditandatangani pada Senin (28/12/2020).
Dikutip dari Kompas.com, jenis vaksin COVID-19 yang dapat digunakan di Indonesia yaitu yang diproduksi PT Bio Farma, AstraZeneca, Sinopharm, Moderna, Novavax Inc, Pfizer Inc and BioNTech, dan Sinovac.
Salah satu jenis vaksin tersebut, yakni Sinovac, telah tiba di Indonesia pada Minggu (6/12/2021) dan telah disuntikkan kepada Presiden Republik Indonesia Joko Widodo pada Rabu (13/1/2021).
Nah, kita sudah tahu belum, apa bedanya vaksin Sinovac dengan keenam jenis vaksin lainnya?
Baca Juga: Proses Penyuntikan Vaksin COVID-19 pada Presiden Joko Widodo
Vaksin Sinovac
Jenis vaksin COVID-19 Sinovac bekerja untuk menguatkan sistem kekebalan tubuh sehingga antibodi dapat melawan virus Corona.
Vaksin ini dibuat dengan platform atau metode virus yang telah dimatikan (inactivated virus).
Lewat cara tersebut maka tubuh bisa belajar mengenali virus penyebab COVID-19, SARS-COV-2, tanpa harus menghadapi risiko infeksi serius.
Selain itu, vaksin inactivated virus pada Sinovac juga memungkinkan vaksin lebih mudah disimpan di lemari es dengan standar suhu 2-8 derajat celsius dan dapat bertahan hingga tiga tahun.
Karena dapat disimpan dalam kurun waktu cukup lama, vaksin ini membantu dalam pendistribusian ke wilayah-wilayah yang enggak bisa menyimpan di rantai dingin (cold-chain), yang berupa lemari es dan freezer khusus untuk menyimpan vaksin dan termos (vaksin carrier) untuk membawa vaksin ke tempat pelayanan.
Vaksin ini diberikan dalam dua dosis atau perlu dua kali suntikan.
Terkait cara kerja, vaksin Sinovac bekerja dengan cara memicu respons kekebalan tubuh dengan cepat.
Namun, antibodi yang dihasilkan oleh vaksin ini di dalam tubuh enggak lebih banyak dari antibodi yang berhasil terbentuk pada orang telah pulih dari COVID-19.
Menilik harga, Bio Farma telah menetapkan harga vaksin Covid-19 Sinovac sekitar Rp 200.000,00 per dosis.
Harga tersebut lebih murah daripada yang dipasarkan di Cina, yaitu sekitar Rp 421.000,00 per dosis.
Vaksin Oxford-AstraZeneca
Jenis vaksin COVID-19 Oxford-AstraZeneca adalah vaksin vektor adenoviral rekombinan.
Dikutip dari Very Well Health, vaksin rekombinan menggunakan sebagian kecil materi genetik dari patogen, seperti SARS-CoV-2, untuk memicu respons imun.
Bagian tertentu dari virus dapat menjadi sasaran dan vaksin ini umumnya aman digunakan pada populasi orang yang besar bahkan mereka yang memiliki masalah kesehatan kronis atau orang dengan gangguan kekebalan.
Tapi satu kelemahan dari vaksin vektor adenoviral rekombinan adalah bahwa suntikan penguat mungkin diperlukan dari waktu ke waktu.
Vaksin China National Pharmaceutical Group Corporation (Sinopharm)
Jenis vaksin COVID-19 Sinopharm memanfaatkan virus Corona yang sudah dimatikan atau sering disebut dengan inactivated vaccine, sama seperti Sinovac.
Vaksin ini diklaim menjadi yang pertama di dunia yang menunjukkan imunogenisitas dan keamanan yang sangat bagus.
Dikutip dari New York Times, jenis vaksin COVID-19 Sinopharm bekerja dengan mengajarkan sistem kekebalan untuk membuat antibodi melawan virus corona SARS-CoV-2.
Antibodi menempel pada protein virus, seperti yang disebut lonjakan protein yang menempel di permukaannya.
Setelah divaksin dengan vaksin COVID-19 Sinopharm, sistem kekebalan tubuh dapat merespons infeksi virus corona hidup.
Salah satu jenis sel kekebalan yaitu sel B menghasilkan antibodi yang menempel pada penyerang; antibodi yang menargetkan spike protein dapat mencegah virus memasuki sel.
Baca Juga: Berbahaya, 4 Kelompok Orang Ini Enggak Boleh Dapat Vaksin COVID-19!
Vaksin Moderna
Jenis vaksin COVID-19 Moderna menggunakan messenger RNA (mRNA).
Virus corona memiliki struktur seperti spike di permukaannya yang disebut protein S; nah, vaksin mRNA COVID-19 memberi petunjuk kepada sel tentang cara membuat bagian protein S yang tenggak berbahaya.
Setelah vaksinasi, sel mulai membuat potongan protein dan menampilkannya pada permukaan sel.
Sistem kekebalan akan mengenali bahwa protein tidak termasuk di sana dan mulai membangun respons kekebalan dan membuat antibodi.
Vaksin COVID-19 Moderna ditujukan bagi orang berusia 18 tahun ke atas dan membutuhkan dua suntikan yang diberikan selang 28 hari.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) memaparkan beberapa beberapa kriteria orang yang enggak dapat menerima vaksin Moderna, salah satunya orang yang pernah mengalami reaksi alergi parah (anafilaksis) atau reaksi alergi langsung meskipun enggak parah terhadap bahan apa pun dalam vaksin mRNA COVID-19.
Selain itu, orang yang pernah mengalami reaksi alergi yang parah (anafilaksis) atau reaksi alergi langsung bahkan enggak parah setelah mendapatkan dosis pertama vaksin juga enggak direkomendasikan.
Reaksi alergi langsung berarti reaksi dalam 4 jam setelah divaksinasi, termasuk gejala seperti gatal-gatal, bengkak, atau mengi (gangguan pernapasan).
Larangan tersebut juga berlaku bagi orang yang bereaksi alergi terhadap polietilen glikol (PEG) dan polisorbat, yang meskipun bukan salah satu bahan dalam vaksin mRNA COVID-19 tetapi terkait erat dengan PEG, yang ada di dalam vaksin.
Vaksin Pfizer-BioNTech
Vaksin COVID-19 Pfizer-BioNTech dinamakan BNT162b2 dan berbasis teknologi messenger RNA (mRNA).
Vaksin ini menggunakan gen sintetis yang lebih mudah diciptakan, sehingga bisa diproduksi lebih cepat dibanding teknologi biasa.
Virus yang enggak aktif ini enggak menyebabkan sakit, tetapi mengajari sistem imun untuk memberikan respons perlawanan.
Dengan mRNA, tubuh enggak disuntik virus mati maupun dilemahkan, melainkan disuntik kode genetik dari virus tersebut.
Hasilnya, tubuh akan memproduksi protein yang merangsang respons imun.
CDC mengatakan jenis vaksin COVID-19 Pfizer-BioNTech direkomendasikan untuk orang yang berusia 16 tahun ke atas.
Sama seperti vaksin COVID-19 Moderna, CDC juga memberikan sejumlah kriteria bagi orang-orang yang enggak disarankan menerima vaksin Pfizer yang sama seperti vaksin Moderna.
Vaksin Pfizer disebut dibanderol dengan harga 20 dollar AS atau sekitar Rp 283.000,00 per dosis.
Baca Juga: Jangan Lengah, Ada Vaksin COVID-19 Bukan Berarti Pandemi Berakhir!
Vaksin Novavax
Novavax adalah perusahaan bioteknologi yang berbasis di Maryland, Amerika Serikat yang mengambil pendekatan tradisional untuk mengembangkan vaksin melawan COVID-19.
Vaksin Novavax menggunakan spike protein yang dibuat khusus yang meniru protein spike alami dalam virus Corona.
Dikutip dari Very Well Health, vaksin ini bekerja dengan memasukkan protein yang memicu respons antibodi, yang menghalangi kemampuan virus corona di masa depan untuk mengikat sel dan mencegah infeksi.
Protein tersebut dikombinasikan dengan adjuvan Matrix-M Novavax, yang penting dalam meningkatkan respons imun yang ditimbulkan oleh antigen protein.
Seperti kandidat vaksin COVID-19 lainnya, vaksin Novavax telah diuji pada orang dewasa berusia 18 tahun ke atas.
Perusahaan tersebut belum memberikan update tentang uji coba pada anak-anak dan remaja sehingga informasi mengenai kekhawatiran untuk kelompok tertentu belum diberikan, tetapi informasi ini diharapkan akan terungkap melalui uji klinis tahap akhir.
Vaksin Bio Farma
Jenis vaksin COVID-19 yang diproduksi PT. Bio Farma menjadi salah satu jenis vaksin virus Corona yang akan digunakan di Indonesia.
Dalam perkembangannya, PT. Bio Farma telah menerima sertifikat yang menyatakan fasilitas produksinya layak untuk memproduksi vaksin COVID-19.
Sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) atau Good Manufacturing Practice (GMP) ini resmi diberikan oleh Badan Pengawas Obat-obatan dan Makanan (Badan POM) kepada pihak Bio Farma.
Selain produksi, Bio Farma juga telah menyiapkan sistem distribusi yang terintegrasi digital guna memastikan jaminan kualitas dari vaksin yang akan diberikan pada rakyat Indonesia.
(*)
Penulis | : | Salsabila Putri Pertiwi |
Editor | : | Indah Permata Sari |
KOMENTAR