CewekBanget.ID - Cara makan masing-masing orang bisa berbeda-beda ya, girls.
Ada orang yang terbiasa makan dengan cepat, sementara yang lain membutuhkan waktu lama untuk dapat menghabiskan makanan mereka.
Untuk kita yang terbiasa makan terlalu cepat, alangkah baiknya untuk dapat menghilangkan kebiasaan tersebut.
Soalnya tanpa disadari, kebiasaan tersebut dapat memberikan dampak buruk bagi kesehatan.
Baca Juga: Kebiasaan Makan Terlalu Cepat Menimbulkan Risiko Bahaya Kesehatan!
Obesitas
Otak manusia membutuhkan waktu untuk memproses sinyal kekenyangan.
Faktanya, otak kita mungkin membutuhkan waktu hingga 20 menit untuk menyadari bahwa kita sudah kenyang.
Saat kita makan dengan cepat, jauh lebih mudah untuk makan lebih banyak daripada yang sebenarnya dibutuhkan tubuh.
Seiring berjalannya waktu, asupan kalori berlebih ini dapat menyebabkan penambahan berat badan.
Pemakan cepat juga 3 kali lebih mungkin mengalami kelebihan berat badan atau obesitas.
Jadi, makan cepat telah dipelajari sebagai faktor risiko potensial untuk menjadi kelebihan berat badan dan obesitas.
Diabetes
Makan cepat itu sendiri memang enggak menyebabkan diabetes tipe 2, tetapi ada kemungkinan bahwa kebiasaan makan dengan terburu-buru dapat memberikan dorongan ekstra pada tubuh ke penyakit tersebut.
Pasalnya, makan terlalu cepat dikaitkan dengan risiko resistensi insulin yang lebih tinggi, yang ditandai dengan kadar gula darah dan insulin yang tinggi.
Kondisi ini terjadi ketika tubuh enggak menggunakan insulin secara efektif dan dapat menyebabkan diabetes tipe 2 seiring waktu.
Tentu saja, makan cepat berhubungan dengan obesitas sebagai penyebab utama resistensi insulin.
Namun, sebuah studi menemukan bahwa makan cepat dapat juga menambah risiko seseorang terkena diabetes tipe 2 meski mereka mengontrol tingkat body mass index (BMI).
Baca Juga: 4 Tips Simpel Atasi Kebiasaan Banyak Makan Saat Emosi Lagi Enggak Stabil
Sindrom Metabolik
Makan cepat dan kenaikan berat badan yang terkait dapat meningkatkan risiko sindrom metabolik.
Sindrom metabolik ialah sekelompok faktor yang meningkatkan risiko enggak hanya diabetes, tetapi juga penyakit jantung dan stroke.
Selama tiga tahun ke depan, pemakan cepat diketahui lebih mungkin mengembangkan sindrom metabolik daripada mereka yang makan lebih secara perlahan.
Secara khusus, pemakan cepat cenderung memiliki lingkar pinggang yang besar dan kadar kolesterol baik (HDL) yang rendah.
Kondisi ini adalah dua faktor risiko yang membentuk sindrom metabolik, dan sering kali merupakan pertanda penyakit jantung.
Gastritis
Makan cepat juga dikaitkan dengan gastritis erosif, peradangan yang menggerogoti lapisan perut.
Peradangan tersebut biasanya menyebabkan kerusakan yang dangkal atau terkadang tukak yang dalam.
Dalam sebuah penelitian dari Korea, lebih dari 10.000 pasien menjalani pemeriksaan termasuk endoskopi saluran pencernaan bagian atas, yakni prosedur menggunakan tabung berlampu dengan kamera kecil yang mengalir ke tenggorokan, melalui kerongkongan dan masuk ke perut.
Dokter lebih mungkin menemukan tanda-tanda gastritis erosif pada pasien yang mengatakan bahwa mereka adalah pemakan cepat, salah satu kemungkinan alasannya karena orang yang menelan makanan mereka secara terburu-buru cenderung makan berlebihan.
Sementara itu makan berlebihan, pada gilirannya dapat menyebabkan makanan duduk lebih lama di perut, sehingga lapisan perut terpapar lebih banyak asam lambung.
Tersedak
Seseorang yang makan terlalu cepat lebih banyak menelan langsung makanan daripada mengunyahnya.
Kondisi ini berisiko menyebabkan mereka tersedak dan kejadian tersedak enggak boleh dianggap remeh.
Sementara dalam dunia medis, tersedak dapat mengakibatkan kematian; antara lain menyebabkan iritasi tenggorokan, kerusakan tenggorokan, hingga kematian akibat sesak napas.
Oleh sebab itu, penting untuk dapat makan secara perlahan dan mengunyah makanan dengan hati-hati untuk mencegah tersedak.
Hati-hati, girls.
(*)
Baca Juga: Dampaknya Mengerikan, Jangan Makan 5 Makanan Ini Saat Perut Kosong!
Penulis | : | Salsabila Putri Pertiwi |
Editor | : | Kinanti Nuke Mahardini |
KOMENTAR