CewekBanget.ID - Kadang ada saja orang-orang yang iseng mempermainkan fobia orang lain terhadap sesuatu yang dianggap lumrah atau biasa saja.
Padahal fobia adalah sesuatu yang nyata, terlepas dari apa pun faktor fobia tersebut dan seberapa normal hal itu sebetulnya bisa diterima di lingkungan masyarakat; menjadikannya sebagai olok-olok untuk menggoda pengidap fobia bukan suatu hal yang lucu dan malah berujung pada bullying.
Bukan sekadar rasa takut, apa itu fobia dan apa dampaknya kepada pengidap fobia jika ketakutan khusus mereka dipermainkan?
Baca Juga: Apa Itu Fobia? Ketahui Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasinya!
Beda Ketakutan dengan Fobia
Dalam psikologi, ketakutan berlebihan terhadap suatu obyek yang bisa diterima oleh orang-orang kebanyakan dikenal sebagai fobia.
Sering kali, ketakutan dan fobia dianggap sama. Padahal kedua hal ini memiliki pengertian berbeda.
Ketakutan adalah reaksi alamiah yang muncul ketika seseorang menghadapi situasi bahaya dan umumnya menimbulkan opsi fight (menghadapi kondisi berbahaya) atau flight (kabur dari hal yang ditakuti) yang dapat dipilih seseorang.
Sementara itu, jika ketakutan tersebut berlangsung terus menerus dalam jangka waktu lama terhadap hal yang irasional dan kerap hadir tanpa alasan yang jelas, itulah yang dimaksud dengan fobia.
Fobia berpotensi mengganggu aktivitas seseorang dalam keseharian. Contohnya ketika seseorang yang fobia darah bekerja sebagai jurnalis dan ditugaskan meliput perang atau korban bencana alam.
Jika enggak bisa mengatasi permasalahan psikologisnya ini, akan banyak hambatan yang harus dihadapinya, terlebih ketika enggak ada siapa pun yang bisa menemani atau mengerti kondisinya.
Fobia merupakan salah satu bentuk gangguan kecemasan; mengenai hal kecemasan itu masih bisa ditoleransi atau dikatakan sebagai kelainan bergantung pada norma budaya yang berlaku.
Jenis-Jenis Fobia
Dalam DSM V yang merupakan kitab pegangan pakar psikologi, fobia disebut-sebut dalam tiga jenis gangguan kecemasan yakni fobia spesifik, fobia sosial, dan agorafobia.
Fobia spesifik adalah kecemasan berlebihan terhadap obyek atau situasi spesifik, misalnya ruangan sempit, laba-laba, atau badut.
Berikutnya adalah fobia sosial atau gangguan kecemasan sosial, merujuk kepada kecemasan berlebihan terhadap interaksi sosial atau situasi yang memungkinkan seseorang dihakimi orang lain.
Terakhir adalah agoraphobia atau agorafobia, kecemasan berlebihan ketika berada di luar rumah atau di tempat-tempat publik semacam transportasi massa, tempat wisata, atau pusat perbelanjaan.
Orang-orang dengan agoraphobia berpikir, saat berada di luar rumah, mereka akan terkena bahaya dan sulit sekali mencari pertolongan.
Baca Juga: 2 Seleb Kpop Ini Punya Fobia Terhadap Suara Keras atau Fonofobia!
Gejala Fobia
Ini juga jadi faktor pembeda antara ketakutan dan fobia, girls.
Fobia dapat menimbulkan gejala-gejala fisik yang terus berulang setiap kali pengidapnya berhadapan dengan hal yang ditakuti.
Gejala akibat serangan panik dalam fobia tersebut antara lain berkeringat, merinding, gemetar, sakit kepala, jantung berdegup kencang, mual, pengin pingsan, sulit bernapas, mendengar denging di telinga, serta sering pengin ke toilet.
Stop Bullying Pengidap Fobia!
Semakin aneh fobia, semakin mungkin seseorang yang mengidapnya dianggap mengada-ada.
Bahkan enggak jarang, orang sekitarnya malah menggoda dan menjejalinya dengan hal yang ditakuti.
Meskipun fobia bisa memicu serangan panik, enggak banyak yang menyadari hal ini dan malah menormalisasi candaan terhadap pengidap fobia. Alih-alih menyembuhkan, orang-orang ini justru memperparah gangguan kecemasan yang dialami para pengidap.
Perundungan enggak mesti dilakukan langsung secara fisik atau lewat kata-kata kasar; lewat kesengajaan menyerang kelemahan pengidap fobia pun, seseorang bisa dikatakan mem-bully, terlebih jika tujuannya ialah menertawakan atau mempermalukan di depan umum.
Lebih jauh lagi, bullying justru bisa menjadi sumber fobia seseorang.
Menurut sejumlah psikolog, faktor genetis berkontribusi terhadap fobia yang seseorang miliki, begitu pula dengan reaksi kimia yang terjadi di otak sehingga seseorang enggak merespons hal yang ditakutinya sebagaimana mayoritas orang.
Namun yang patut dicatat, fobia juga bisa terjadi karena adanya kombinasi faktor biologis dan lingkungan sekitar. Pengalaman negatif pada masa lampau bisa membuat orang benci setengah mati terhadap sesuatu, bahkan menunjukkan gejala perubahan fisik mendadak.
Sebagai salah satu bagian dari gangguan kecemasan, fobia sebenarnya bukanlah hal yang lucu untuk dijadikan candaan ya, girls.
Konsekuensi enggak sepele mesti dihadapi si pengidap, tetapi sayangnya, enggak selalu orang sekitar memahami masalah psikologis yang dia alami.
Yuk, belajar lebih bersimpati kepada pengidap fobia dan bantu mereka mengatasi ketakutan dengan cara yang tepat, bukan malah dengan memancing ketakutannya keluar.
(*)
Baca Juga: 3 Tipe Claustrophobia yang Harus Kita Tahu. Takut pada Ruang Sempit Hanya Satu di Antaranya!
Penulis | : | Salsabila Putri Pertiwi |
Editor | : | Kinanti Nuke Mahardini |
KOMENTAR