Meski begitu, mematikan kamera selama konferensi video dapat mengurangi pengeluaran karbon dioksida dan air hingga 96%.
Sama halnya dengan streaming film; mengganti kualitas video dari tinggi ke standar dapat menurunkan pengeluaran hingga 86%.
Para peneliti menganalisis jejak air dan tanah yang dikeluarkan terkait dengan infrastruktur internet, selain jejak karbon.
Ini adalah penelitian pertama yang melihat kaitan penggunaan internet dengan lingkungan; hasilnya dipublikasikan dalam jurnal Resources, Conservation & Recycling.
Kita memang enggak bisa fokus hanya ke satu jenis saja untuk melihat pandangan yang lebih menyeluruh terkait penggunaan internet dan dampaknya ke lingkungan.
Peningkatan Lalu Lintas Internet
Sementara itu, sejumlah negara telah melaporkan peningkatan lalu lintas internet seenggaknya 20% sejak Maret tahun lalu, ketika pandemi mulai merebak.
Penelitian menemukan, jika tren tersebut terus berlanjut hingga akhir 2021, maka peningkatan penggunaan internet membutuhkan hutan seluas 71.600 mil persegi.
Lahan seluas itu diperlukan untuk menyerap karbon yang dipancarkan dari penggunaan internet; belum lagi pemrosesan dan transmisi data membutuhkan air dalam jumlah banyak, volumenya diperkirakan bisa untuk mengisi lebih dari 300.000 kolam renang standar olimpiade.
Jumlah jejak tanah yang diperlukan juga enggak kalah banyak, kira-kira jumlahnya sama dengan ukuran luas wilayah Los Angeles.
Tim peneliti memperkirakan jejak karbon, air, dan tanah terkait dengan setiap gigabyte data yang digunakan untuk YouTube, Zoom, Facebook, Instagram, Twitter, TikTok, serta 12 platform lainnya.
Penggunaan data juga cukup besar pada aplikasi game online dan penjelajahan web lainnya.
Baca Juga: Mau Mulai Gaya Hidup Ramah Lingkungan Tahun 2021? Ini Cara Mudahnya!
Penulis | : | Salsabila Putri Pertiwi |
Editor | : | Kinanti Nuke Mahardini |
KOMENTAR