CewekBanget.ID - Vaksin Nusantara sedang dikembangkan di Indonesia, dan akan segera diuji kepada relawan.
Saat ini Vaksin Nusantara sudah memasuki uji klinis fase II yakni tahapan keamanan dan efektifitas.
Dinilai merupakan vaksin yang personal, Vaksin Nusantara bisa menjadi alternatif bagi pasien yang tidak masuk kriteria vaksinasi selama ini.
Baca Juga: Big Hit Kolaborasi dengan Universal Music Group Bentuk Boy Group di Amerika
Yuk, simak sudah sejauh apa produksi Vaksin Nusantara ini.
Diklaim jadi yang pertama di dunia
Pemrakarsa pembuatan Vaksin Nusantara adalah mantan Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto.
Vaksin ini dikembangkan oleh peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro (UNDIP), RSUP Kariadi Semarang dan Balitbangkes Kemenkes.
Serta bekerjasama dengan AIVITA Biomedical asal Amerika Serikat dalam penyediaan reagen.
Dalam produksinya, vaksin ini dibuat dengan metode sel dendritik autolog atau komponen sel darah putih.
Baca Juga: Rentan COVID-19, Siapa Saja Kelompok Orang yang Harus Dapat Vaksin?
Melansir dari regional.kompas.com, Dosen dan peneliti Vaksin Nusantara, Dr. Yetty Movieta Nency mengatakan metode sel dendritik autolog ini bukan hal yang baru.
Di luar negeri metode ini dipakai untuk pengobatan penyakit melanoma atau kanker kulit.
"Sel dendritik sudah lama dipakai, di luar negeri untuk vaksin penyakit lain, bukan hal baru.
Tapi karena ada Covid ini kita adopt.
Di luar negeri untuk penyakit melanoma dan imun lainnya.
Dengan sel dentritik hasilnya bagus. Di Indonesia ini baru pertama kita kenalkan.
Kalau untuk Covid-19 bisa dibilang pertama kali di dunia," ujar Yetty di RSUP Kariadi Semarang, Kamis (18/2/2021).
Jadi alternatif untuk kelompok tertentu
Kelebihan dari vaksin Nusantara ini selain dinilai aman dan halal juga bersifat personal, lho girls.
Bahkan Yetty juga mengungkapkan, vaksin Nusantara bisa menjadi alternatif bagi pasien yang tidak masuk kriteria vaksinasi selama ini.
Baca Juga: Kenapa Kita Tetap Harus Pakai Masker Meski Telah Divaksin COVID-19?
"Salah satu alternatif untuk orang-orang yang tidak bisa masuk kriteria vaksin karena banyak dengan penyakit berat. Misalnya kanker, dengan dendritik dimungkinkan bisa vaksin," imbuhnya.
Karena metode sel dendritik autolog ini bersifat personal sehingga bersifat aman dan halal.
Sel dendritik autolog yang dimiliki setiap orang akan diambil, lalu dipaparkan dengan rekombinan antigen protein S dari SARS-COV-2
Proses pengambilan sel hingga menjadi vaksin membutuhkan waktu inkubasi sekitar satu minggu.
Kemudian sel dendritik yang telah mengenal antigen diinjeksikan kembali ke tubuh.
"Di dalam tubuh, sel dendritik tersebut akan memicu sel-sel imun lain untuk membentuk sistem pertahanan memori terhadap SARS COV-2," pungkas Yetty.
Penelitian hingga produksi Vaksin Nusantara ini patut kita dukung, girls.
Apa lagi tujuan produksinya untuk mencakup masyarakat yang tidak masuk kriteria vaksinasi saat ini.
Semoga Vaksin Nusantara bisa segera diproduksi massal dan diberikan kepada masyarakat ya!
(*)
Penulis | : | Tiara Harum Pramesti |
Editor | : | Indah Permata Sari |
KOMENTAR