Selain itu, biasanya orang yang mengalami kejadian traumatis cenderung mudah marah, mengalami perubahan suasana hati yang dramatis, kecemasan, depresi, dan melalui penyangkalan.
Beberapa tanda lainnya yaitu ingatan berulang tentang peristiwa tersebut, gangguan tidur, perubahan nafsu makan, dan ketakukan yang intens.
Baca Juga: 2 Seleb Kpop Ini Punya Fobia Terhadap Suara Keras atau Fonofobia!
Gangguan Stres Pascatrauma
Orang yang mengalami peritiwa traumatis bisa saja mengalami post-traumatic stress disorder (PTSD) atau gangguan stres pascatrauma, jenis gangguan kecemasan yang memengaruhi hormon stres dan mengubah respons tubuh terhadap stres.
PTSD dapat menyebabkan respons fisik dan emosional yang intens terhadap pikiran atau ingatan apa pun tentang peristiwa traumatis.
Hal itu bisa terjadi dalam hitungan bulan hingga tahunan.
Pencegahan dan Pemulihan
Ada beberapa cara untuk membantu memulihkan stabilitas emosi setelah peristiwa traumatis, misalnya dengan membicarakan pengalaman tersebut dengan keluarga atau teman dekat atau berbagi kisah dalam buku harian.
Selain itu, coba beri diri waktu dan sadari bahwa kita enggak dapat mengontrol segalanya, atau mintalah dukungan dari orang-orang terdekat maupun kelompok pendukung atau penyintas.
Jaga pula asupan makanan bergizi seimbang, olahraga, istirahat yang cukup, serta hindari alkohol dan obat-obatan.
Pertahankan rutinitas harian dengan aktivitas terstruktur serta lakukan hobi atau minat lain, tetapi jangan berlebihan.
Hanya saja, kalau gejala pascatrauma enggak dapat dikendalikan dan sudah mengganggu aktivitas sehari-hari, segeralah meminta bantuan dari ahli, misalnya psikolog atau psikiater.
(*)
Penulis | : | Salsabila Putri Pertiwi |
Editor | : | Salsabila Putri Pertiwi |
KOMENTAR