CewekBanget.ID - Meski secara umum tentu berbeda, mungkin salah satu kesamaan antara menjalani #PowerUpRamadhan di Indonesia dan di luar negeri selama setahun terakhir adalah situasi pandemi COVID-19 yang mesti kita hadapi ya, girls.
Sejak awal tahun 2020, penyebaran virus corona yang melanda seluruh penjuru dunia mengakibatkan banyak perubahan dalam aktivitas kita sehari-hari.
Perubahan ini juga dirasakan oleh teman-teman cewek kita yang menjalani puasa di negara lain, nih.
Ada yang tertahan lockdown di kota lain hingga merayakan Idul Fitri secara virtual bersama keluarga.
Enggak hanya itu, tentu kadang ada momen ketika mereka harus menjelaskan tentang ibadah puasa Ramadan kepada orang-orang yang enggak menjalaninya di negara masing-masing.
Penasaran? Kita kepoin kisah teman-teman yang berpuasa di luar negeri berikut ini, yuk!
Baca Juga: Puasa di Luar Negeri: Waktunya Lama Hingga Kangen Ngabuburit! (Part 1)
Menjelaskan Esensi Puasa
Menurut Anantya, yang sudah hampir 2 tahun menetap di Jepang, salah satu perbedaan jelas antara puasa di Indonesia dan di luar negeri adalah suasana Ramadan yang enggak begitu terasa dan lebih seperti hari-hari biasa.
Untungnya, ia enggak menghadapi terlalu banyak kesulitan saat harus menjelaskan bahwa dirinya sedang berpuasa pada orang-orang di sekitarnya.
"Syukurnya supervisor aku di sini udah ada gambaran puasa itu apa sih, tapi rata-rata paling ke teman biasanya harus ngejelasin," kata Anantya, "Kayak teman serumah aku asalnya dari China dan dia memang enggak menganut apapun gitu, jadi sering tanya-tanya tentang puasa."
Sedangkan menurut Mutia, yang telah tinggal di Korea Selatan sejak 2015, momen ketika teman-teman atau atasannya yang merupakan orang Korea membelikannya makanan untuk berbuka puasa jadi sesuatu yang berkesan baginya.
"Terus kalau janjian makan malam jam 7 misalnya, mereka nungguin sampai adzan Maghrib (jam 07:30-an tahun lalu) baru mulai makan," kenang Mutia.
Lain lagi dengan Nadira, yang menghabiskan tahun terakhirnya berpuasa di Jepang dengan tinggal bersama temannya yang merupakan orang Jepang.
Menurutnya, sang teman pernah mengikuti program pertukaran pelajar di Indonesia sehingga ia cukup paham mengenai Islam dan Ramadan.
Jelas Nadira, "Orangtuanya juga pernah dengar sekilas tentang konsep puasa. Tapi mereka tetap banyak tanya-tanya dan lucu banget, mereka kayak, "Satu bulan full?" "Benar-benar enggak boleh makan dan minum?""
Ia pun menjelaskan konsep berpuasa sejak matahari terbit hingga terbenam, yang menyebabkan jam mulai berpuasa dan berbuka jadi enggak menentu.
"Dan jelasin juga kalau Ramadan bukan hal yang sulit tapi sebenarnya menyenangkan dan hal yang dinikmati," ungkapnya.
Baca Juga: Banyak Beramal di Bulan Puasa, Ini Cara Donasi Online Bantu Pencegahan Penyebaran Corona
Mendadak Lockdown
Sayangnya, pada tahun 2020, pandemi COVID-19 melanda dunia dan mengubah kehidupan banyak orang.
Teman-teman yang tinggal di luar negeri juga merasakan dampaknya, terutama saat mereka harus menjalankan puasa di sana.
Misalnya Mutia, yang enggak bisa berkumpul dengan teman-temannya untuk bukber karena pembatasan sosial berskala besar (PSBB) diterapkan di Korea Selatan.
Sementara itu, Nadira yang semula berangkat ke Tokyo dari kota tempatnya menetap selama di Jepang hanya untuk menjalani magang dan berencana pulang sebelum Ramadan, akhirnya harus tinggal kediaman temannya di kota tersebut sepanjang bulan Ramadan karena pemberlakuan lockdown.
Di sisi lain, Anantya merasa puasanya tahun lalu menjadi momen berkesan karena ia harus menjalani tahun pertama puasa di Jepang di tengah situasi lockdown akibat pandemi.
"Paling tahun kemarin sih yang sampai bukber bareng online sampai salat Ied online juga," ujar Anantya, "Kayak, tahun pertama puasa di negeri orang terus pengalamannya udah kayak gitu."
Suasana Idul Fitri
Nah, enggak cuma puasa, teman-teman kita juga merayakan lebaran Idul Fitri di negara tempat mereka menetap.
Kalau menurut Ut, yang pernah menjalani puasa di Yordania, enggak banyak perbedaan saat berpuasa di sana dengan yang biasa dialaminya di Indonesia.
Hal itu termasuk suasana ketika Idul Fitri, karena ia melaksanakan salat Ied dan makan-makan di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di sana.
"Iya rutin pasti kalau dulu pas gue kuliah di sana. Kayaknya sampai sekarang juga masih rutin deh," kata Ut.
Mutia juga merasakan hal yang serupa ketika merayakan Idul Fitri di Korea Selatan, karena mereka kerap melaksanakan salat Ied di masjid terdekat dan bertemu banyak teman sesama Muslim, serta bisa menyantap hidangan lebaran khas Nusantara di restoran Indonesia yang menyediakan prasmanan khusus lebaran.
"Kalau di Busan sih ngumpulnya di masjid habis salat Ied terus ke restoran Indo," ujar Mutia.
Hanya saja, ia enggak menampik bahwa dirinya tetap merasa kesepian karena kangen dengan budaya sungkem pada keluarga dan kumpul-kumpul bersama.
Sementara Nadira akhirnya merayakan lebaran di Tokyo akibat lockdown pada tahun 2020.
"Sempat ketemu ada kakak tingkat yang udah tinggal di sana, lebaran kecil dan pastinya (video call) Zoom sama keluarga," kata Nadira.
Hal serupa juga dialami Anantya pada kali pertamanya merayakan Idul Fitri di Jepang tahun lalu.
"Bahkan tahun lalu karena shalat Ied-nya bingung, aku jamaah-an sama orang tua gitu via Zoom," ujar Anantya, "Enggak tahu sih sahnya gimana tapi daripada shalat sendiri."
Pesan-Pesan
Terakhir nih, ada sejumlah pesan dari teman-teman di luar negeri untuk kita yang berencana atau sedang merantau juga ke luar negeri dan harus menjalani ibadah puasa Ramadan di negara lain.
"Pasti akan ada momen di mana kita bisa kumpul sama keluarga sama kerabat dekat lagi kok," Anantya berpesan, "Tetap jaga kesehatan juga soalnya kalau lagi ngerantau ribet banget kalau sakit."
Kalau dari Mutia, ia mengatakan bahwa kita enggak perlu terlalu khawatir kalau di lingkungan kita terdapat banyak teman dari Indonesia atau kawan sesama Muslim yang juga menjalani puasa.
"Terus di Korea juga banyak restoran Indo, jadi puasa di sini juga bisa tetep sahur atau buka pakai menu Indonesia kok. Menurutku jadi enggak ada yang perlu dikhawatirin sih Ramadan di luar negeri terlebih di Korea," tuturnya.
Ada juga Nadira yang berharap kita bisa lebih mengapresiasi hal-hal kecil selama merantau, apa lagi kalau kita menjadi minoritas di lingkungan baru kita.
"Pasti jauh lebih berat dan rindu keluarga dan suasana puasa di Indonesia. Dan mungkin di negara orang lain kita yang jadi minoritas," kata Nadira.
"Tapi semoga dengan pergi merantau jauh bisa jadi kesempatan untuk lebih apresiasi dan mensyukuri hal-hal kecil (seperti jam kerja / belajar yang ngikutin puasa, semua orang di sekitar kita puasa, ada adzan yang berkumandang) yang mungkin selama kita 'take for granted' atau sepelekan pas di Indonesia," lanjutnya.
Fafa, yang pernah menjalani puasa di Jeonju, Korea Selatan saat mengikuti program pertukaran pelajar pada 2016 juga menyampaikan hal serupa.
"Lamanya puasa anggap aja ujian, insya Allah menambah berkah. Tetap jaga kesehatan dan jangan kurang minum airnya," ujar Fafa.
(*)
Penulis | : | Salsabila Putri Pertiwi |
Editor | : | Salsabila Putri Pertiwi |
KOMENTAR