CewekBanget.ID - Belakangan orang-orang sedang ramai banget bahas film animasi jepang super sedih Grave of the Fireflies karya sutradara Isao Takahata, tentang perjuangan hidup kakak beradik saat jadi korban perang dunia ke-II di Jepang.
Cerita Grave of the Fireflies otentik dan diangkat dari kisah nyata, semakin mengundang banyak rasa simpati dari para penonton dan turut merasakan perjuangan tokoh dalam cerita.
Film animasi Jepang terutama produksi Studio Ghibli memang banyak berikan pengajaran pada tiap cerita yang disajikan, alhasil bisa dinikmati semua penonton usia muda hingga tua.
Berikut rekomendasi film animasi Jepang bikinan Studio Ghibli yan punya cerita keren dan sedih banget! siap siap tisu saat menonton, simak:
Baca Juga: Kenapa Tokoh Kartun Kebanyakan Warna Kuning? Terungkap 4 Alasannya!
Grave of the Fireflies atau kuburan kunang-kunang, merupakan film animasi lawas produksi tahun 1988.
Cerita yang diangkat pun diangkat dari cerpen-autobiografi nyata tahun 1967 karya Akiyuki Nosaka.
Grave of the Fireflies mengisahkan seorang anak laki-laki remaja bernama Seita, dengan adik kecilnya Setsuko yang menjadi korban perang dunia II saat Jepang diserang oleh Amerika Serikat.
Negara Jepang mengalami masa panceklik dan sebagian besar masyarakat hidup susah serta terbatasi dalam bergerak.
Seita dan Setsuko termasuk salah satu korban dari serangan bom udara, hingga mereka harus kehilangan ibu kandungnya dan terpaksa menyelamatkan diri ke rumah bibi mereka untuk menumpang tinggal.
Selama tinggal bersama sang bibi, awalnya mereka mendapat perlakuan baik sebelum akhirnya Seita membuat bibinya kerepotan dan berakhir mengusir mereka dari rumah.
Terluntang-lantung, kakak beradik ini memutuskan tinggal pada sebuah gua batu, dan penderitaan mereka semakin menjadi.
Setsuko mengalami malnutrisi karena enggak bisa mendapatkan makanan layak, hingga meninggal dalam keadaan menyedihkan.
Seita menyimpan abu Setsuko pada kaleng bekas permen buah kesukaan adiknya.
Baca Juga: Enggak Melulu Sukses, 7 Film Disney Ini Memiliki Rating Terendah
Cerita perjalanan cita-cita dan cinta yang apik disuguhkan pada animasi The Wind Rises produksi Studio Ghibli.
Rilis tahun 2013 silam, cerita The Wind Rises ditulis oleh Hayao Miyazaki dengan mengadaptasi manga Kaze Tachinu karya Hayao Miyazaki sendiri.
Kalau nonton The Wind Rises mungkin kita akan sedikit teringat dengan cerita romantis BJ Habibie dan sang istri, girls.
Jiro Horikoshi, seorang pemuda penuh ambisi yang bercita-cita menjadi seorang perancang pesawat terbang terkenal dunia.
Mimpinya itu perlahan mulai terwujud seiring dia bersekolah teknik dan lulus sebagai insinyur, dan bahkan dikirim untuk belajar ke Jerman mewakili Jepang.
Dalam perjalanan mengejar cita-cita itu, Jiro bertemu seorang gadis yang membuat dia jatuh hati bernama Naoko.
Kisah cinta yang manis terjalin antara mereka berdua, hingga Jiro putuskan melamar Naoko meski tahu dia telah mengidap penyakit menular tuberkolosis.
Perjalanan hubungan mereka makin diuji, terlebih kondisi kesehatan Naoko yang semakin menurun.
The Wind Rises menyajikan cerita romantis klasik yang bikin kita enggak cuma terkagum dengan penggambaran para karakter, tapi juga bikin sedih banget!
Baca Juga: Film Animasi Horor Coraline Dirilis Ulang Versi 3D, Upgrade Visual
Animasi Ghibli kali ini mengisahkan cerita sedih dari pemeran utama seekor rakun.
Meski temanya fabel, tapi bumbu kesedihan tetap tersampaikan dengan baik melalui film Pom Poco.
Para kelompok rakun dalam film Pom Poco harus menghadapi kenyataan habitat mereka diambang kepunahan.
Kondisi ini juga disebabkan karena kekejaman para manusia di muka bumi yang abai dan melakukan pembangunan besar-besaran.
Saat menonton Pom Poco kita dibuat menyadari tindakan-tindakan egois manusia merusak bumi, bisa memberi efek buruk untuk mahluk hidup lain.
Udah kebayang sedihnya ya girls!
Siapa sangka cerita cinta segitiga juga diangkat oleh Studio Ghibli jadi salah satu tema film mereka.
Yup, Ocean Waves memang berbeda dari cerita-cerita Ghibli lainya, tanpa sihir, mahluk gaib, atau hal-hal ajaib lainnya.
Ocean Waves jadi tontonan yang cocok banget untuk para remaja yang baru menuju proses pendewasaan.
Rikako digambarkan sebagai murid cewek pindahan asal Tokyo dan langsung jadi idaman semua cowok kecuali Morisaki.
Meski Matsuno sahabat Morisaki sangat mengagumi Rikako dan selalu menceritakan hal baik dar cewek itu, Morisaki tetap cuek dan biasa aja.
Baca Juga: Berpotensi Jadi Film Terakhir, Ini Tanggal Rilis Toy Story 5!
Suatu ketika Rikako justru terlibat momen penting dengan Morisaki, dan membuat mereka jadi makin kenal satu sama lain bahkan digosipkan.
Kesal dengan hal tersebut, Morisaki dan Rikako mulai jaga jarak meski sejujurnya mereka enggak tahu mengapa harus sampai bermusuhan sampai mereka lulus.
Barulah saat hari reuni SMA, semua alasan terungkap.
Morisaki cuek dan menjauhi Rikako karena dia pengin memberikan kesempatan untuk sahabatnya Matsuno, meski sebenarnya Morisaki sangat menyukai Rikako.
Relate dengan cerita ini girls? benar-benar nyesek membayangkan pengorbanan perasaan Morisaki untuk sahabatnya.
Terkadang kita memang harus mengalah dengan keadaan walau hati kita sulit menerimanya.
Film animasi Ghibli satu ini bertema cukup mistis, namun juga sedih dan menyentuh.
Diproduksi tahun 2014, When Marnie Was There ditulis dan disutradarai oleh Hiromasa Yonebayashi.
Diceritakan Anna Sasaki gadis 12 tahun yang diadopsi oleh sebuah keluarga kecil setelah hidup lama di panti asuhan.
Anna punya penyakit asma cukup serius, hingga sering kambuh dan membuat khawatir orang sekitar.
Baca Juga: 6 Deleted Scene Film dan Seri Animasi Populer. Banyak Adegan Bahaya!
Suatu hari Anna dikirim ke desa dan tinggal di rumah saudara dari orang tua angkatnya untuk sekedar menghirup udara segar serta terbebas dari polusi kota.
Selama liburan itu Anna dikenalkan oleh bibinya pada gadis seusia Anna bernama Nebuko Kadoya.
Sempat bermain bersama namun Anna yang pendiam dan penyendiri nampaknya salah mengartikan kebaikan Kadoya dan teman-teman lain.
Anna saat itu masih sangat labil, tak tau cara ungkapkan perasaan, hingga dia memilih memaki Kadoya juga menjauhi semua teman di desa.
Perbuatanya itu justru mengantarkannya pada petualangan sendiri di sebuah rumah terbengkalai bergaya klasik. Di sana Anna bertemu sosok Marnie bahkan bermain bersama.
Baginya hanya Marnie satu-satunya yang bisa memahami Anna, namun sayang Anna tak tahu kalau Marnie hanya semu dan makhluk halus.
Persahabatan yang Anna idamkan, pengertian dari orang lain yang jadi harapannya, ternyata hanya palsu.
When Marnie Was There membuat kita belajar, enggak semua orang bisa dengan mudah beradaptasi, berinteraksi, bahkan mempercayai orang lain.
Terkadang hanya diri sendiri, dan bayangan semu menjadi teman.
Dari kelima animasi buatan Studio Ghibli di atas, mana yang sudah pernah kamu tonton, girls?
Baca Juga: Film Animasi The Polar Express Akan Dibuat Sequel dengan Improvisasi Cerita yang Baru
(*)
Source | : | Cewek Banget |
Penulis | : | Dok Grid |
Editor | : | optimization |
KOMENTAR