Motif pelaku pelecehan yang sesungguhnya
Isu yang mengatakan pakaian yang menyebabkan pelecehan, sudah dibantah melalui studi yang dilakukan oleh Hollaback! Jakarta.
Dalam studi tersebut mengatakan banyak orang yang menggunakan pakaian tertutup juga ikut menjadi korban pelecehan seksual.
Salah satu yang menyebabkan pelecehan ini terjadi adalah pelaku merasa memiliki superioritas yang berarti mempunyai keunggulan dan kelebihan atas apa yang dia mau.
Baca Juga: Bukan Salah Korban, Yuk Segera Akhiri Budaya Victim Blaming!
Menurut Laura S. Logan, Fear of Violance and Street Harassement dalam Accountability at The Intersections tahun 2013 menyatakan, hal tersebut membuat pelaku merasa punya wewenang maskulin (masculine entitlement) yang membuat mereka berpikir bahwa melecehkan adalah sifat yang alamiah.
Pelecehan yang pelaku lakukan dianggap sebagai tindakan atau wujud dari ketertarikannya terhadap seksual yang menurut pelaku enggak membahayakan.
Rasa wewenang maskulin yang dirasakan oleh pelaku membentuk sikap peleceh yang pengin mempermalukan, mengontrol, meneror, atau menyerang targetnya.
Walaupun korban pelecehan seksual, khususnya begal payudara jarang ada korban secara fisik (luka), namun tindakan ini bisa mengganggu mental korban.
Naluri masculine entitlement harusnya bisa dikontrol oleh pelaku yang memiliki hasrat.
Karena siapapun bisa punya hasrat seksual, tapi semua orang harus mampu mengendalikannya.
Melecehkan bukanlah hal naluriah yang bisa dimaafkan begitu saja.
Yuk edukasi teman-teman dan lingkungan kita untuk berhenti lakukan pelecehan seksual!
(*)
Stem Cell, Terobosan Baru Sebagai Solusi Perawatan Ortopedi Hingga Cedera Olahraga
Source | : | narasi.tv |
Penulis | : | Monika Perangin |
Editor | : | Marcella Oktania |
KOMENTAR