Fase Ovulasi
Ketika kadar estrogen meningkat selama fase pra-ovulasi, kelenjar pituitari pun melepaskan hormon luteinizing (LH) yang menandai dimulainya fase ovulasi.
Ovulasi biasanya terjadi sekitar 2 minggu atau lebih sebelum dimulainya menstruasi, alias di pertengahan siklus.
Pada fase ovulasi, ovarium melepaskan 1 sel telur matang yang bergerak ke tuba falopi menuju rahim dan bersiap untuk dibuahi oleh sperma.
Tapi masa hidup sel telur ini hanya sekitar 24 jam, jadi apabila enggak ada sperma yang membuahinya selama periode waktu tersebut, sel telur akan mati dan enggak bakal terjadi kehamilan.
Ovulasi biasanya menyebabkan cewek mengalami keputihan kental dan lengket, dengan warna bening seperti putih telur, serta suhu tubuh meningkat.
Baca Juga: Biar Lebih Nyaman, Coba Hindari 5 Makanan Ini Saat Menstruasi, Ya!
Fase Luteal
Nah, di fase ini, folikel yang melepaskan sel telur berubah bentuk menjadi korpus luteum.
Korpus ini melepaskan hormon progesteron dan estrogen untuk menjaga ketebalan lapisan rahim serta memastikan rahim siap ditanamkan telur yang telah dibuahi, seandainya terjadi.
Tapi kalau kehamilan enggak terjadi, korpus luteum akan menyusut dan diserap oleh lapisan rahim, sementara kadar estrogen dan progesteron menurun perlahan sehingga lapisan rahim akhirnya terlepas dan luruh.
Di fase inilah kita mengalami sindrom pra-menstruasi (PMS) dengan sejumlah gejala seperti pembengkakan payudara, perut kembung, sakit kepala, perubahan mood, sulit tidur, dan sebagainya.
(*)
Source | : | Kompas.com,Hellosehat |
Penulis | : | Salsabila Putri Pertiwi |
Editor | : | Salsabila Putri Pertiwi |
KOMENTAR