CewekBanget.ID - Kita pasti sudah tahu tentang menstruasi dan beberapa faktanya ya, girls.
Nah, tapi kita juga perlu mengetahui dan memahami soal berbagai fase yang dialami tubuh kita selama siklus menstruasi berlangsung.
Ada 4 fase dalam siklus menstruasi, nih. Apa saja?
Baca Juga: Menstruasi Lancar Tiap Bulan, Rutin Minum 5 Minuman Ini Solusinya!
Fase Menstruasi
Dalam siklus haid atau menstruasi, fase menstruasi menjadi yang pertama dari berbagai fase selanjutnya.
Dalam fase ini, sel telur yang dikeluarkan ovarium dari siklus sebelumnya enggak dibuahi, sehingga kadar estrogen dan progresteron turun.
Setelah itu, rahim meluruhkan lapisan tebal yang sebelumnya disiapkan untuk mendukung kehamilan seandainya sel telur dibuahi; lapisan ini luruh dalam bentuk darah disertai lendir dan jaringan rahim, yang kita ketahui sebagai menstruasi.
Fase menstruasi rata-rata berlangsung selama 3-7 hari, meski sebagian cewek juga mengalami menstruasi lebih dari 7 hari.
Ada beberapa gejala yang biasanya dialami cewek ketika menstruasi, seperti kram perut, nyeri pada payudara, perubahan mood, sakit kepala, dan merasa lemas.
Baca Juga: Tips Biar Lebih Semangat dan Nyaman Berolahraga Saat Menstruasi
Fase Folikuler
Kita sudah tahu apa itu fase folikuler belum, nih?
Fase folikuler atau pra-ovulasi dimulai saat hari pertama haid atau menstruasi, ketika hormon perangsang folikel (FSH) mulai meningkat.
Hipotalamus mengirimkan sinyal ke kelenjar pituitari dan melepas hormon pelepas gonadotropin (GnRH), yang mendorong kelenjar hipofisis untuk menghasilkan peningkatan kadar hormon lutein (LH) dan FSH.
FSH sendiri berfungsi untuk merangsang induk telur agar menghasilkan 5-20 kantong kecil atau folikel, yang mengandung sel telur yang belum matang.
Dalam prosesnya, hanya sel telur paling sehat yang akan matang, kemudian memicu lonjakan estrogen untuk menebalkan lapisan rahim.
Fase folikuler berlangsung selama kira-kira 11-27 hari, tergantung pada siklus bulanan kita, dan rata-rata berlangsung selama 16 hari.
Fase Ovulasi
Ketika kadar estrogen meningkat selama fase pra-ovulasi, kelenjar pituitari pun melepaskan hormon luteinizing (LH) yang menandai dimulainya fase ovulasi.
Ovulasi biasanya terjadi sekitar 2 minggu atau lebih sebelum dimulainya menstruasi, alias di pertengahan siklus.
Pada fase ovulasi, ovarium melepaskan 1 sel telur matang yang bergerak ke tuba falopi menuju rahim dan bersiap untuk dibuahi oleh sperma.
Tapi masa hidup sel telur ini hanya sekitar 24 jam, jadi apabila enggak ada sperma yang membuahinya selama periode waktu tersebut, sel telur akan mati dan enggak bakal terjadi kehamilan.
Ovulasi biasanya menyebabkan cewek mengalami keputihan kental dan lengket, dengan warna bening seperti putih telur, serta suhu tubuh meningkat.
Baca Juga: Biar Lebih Nyaman, Coba Hindari 5 Makanan Ini Saat Menstruasi, Ya!
Fase Luteal
Nah, di fase ini, folikel yang melepaskan sel telur berubah bentuk menjadi korpus luteum.
Korpus ini melepaskan hormon progesteron dan estrogen untuk menjaga ketebalan lapisan rahim serta memastikan rahim siap ditanamkan telur yang telah dibuahi, seandainya terjadi.
Tapi kalau kehamilan enggak terjadi, korpus luteum akan menyusut dan diserap oleh lapisan rahim, sementara kadar estrogen dan progesteron menurun perlahan sehingga lapisan rahim akhirnya terlepas dan luruh.
Di fase inilah kita mengalami sindrom pra-menstruasi (PMS) dengan sejumlah gejala seperti pembengkakan payudara, perut kembung, sakit kepala, perubahan mood, sulit tidur, dan sebagainya.
(*)
Source | : | Kompas.com,Hellosehat |
Penulis | : | Salsabila Putri Pertiwi |
Editor | : | Salsabila Putri Pertiwi |
KOMENTAR