Faktanya, banyak orang, khususnya perempuan, yang dirugikan teknologi deepfake ini karena konten mereka dimanipulasi menjadi konten pornografi tanpa sepengetahuan mereka dan menimbulkan kesalahpahaman hingga ancaman bagi diri mereka sendiri.
Fyi, deepfake enggak cuma berbentuk manipulasi foto dan video, lho! Teknologi ini juga merambah audio dengan algoritma serupa dan dapat mengkloning rekaman suara seseorang untuk dibuat seolah-olah orang tersebut mengatakan hal yang diinginkan sang pembuat konten.
Baca Juga: Twitter Bakal Hadirkan Fitur Trusted Friends Serupa Close Friends
Celah Mendeteksi Deepfake
Tenang girls, meski terdengar canggih, sebetulnya kita masih bisa mendeteksi keaslian sebuah konten dan mengetahui kalau konten tersebut adalah produksi deepfake, kok.
Pada tahun 2018, penelitian di Amerika Serikat menemukan bahwa obyek yang dimanipulasi dengan deepfake enggak dapat berkedip secara normal.
Selain itu, deepfake dengan resolusi yang enggak terlalu tinggi juga lebih mudah untuk dikenali, misalnya dari perbedaan warna kulit, rambut, hingga fitur wajah yang tampak agak janggal.
Kita pun dapat melihat kejanggalannya pada pencahayaan dan audio yang enggak sinkron dengan obyek foto atau video.
Kalau terlalu sulit, kita bisa mengandalkan sejumlah fitur yang dikembangkan sejumlah perusahaan untuk membongkar deepfake, seperti platform antivirus Sensity dan 'Tantangan Deteksi Deepfake' dari Facebook.
Yang terpenting, jaga selalu privasi kita di media sosial agar enggak menjadi target penyalahgunaan deepfake, ya!
(*)
Source | : | Kompas.com,BBC,The Guardian |
Penulis | : | Salsabila Putri Pertiwi |
Editor | : | Salsabila Putri Pertiwi |
KOMENTAR