Siapa pun yang mengetahui versi populer dari dongeng Cinderella tahu bahwa cerita ini berpuncak pada akhir yang bahagia.
Dalam versi ini, Ella mendapatkan akhir yang bahagia, tetapi enggak hanya untuk itu.
Dia mencapai mimpinya dan mendapatkan akhir yang bahagia dengan caranya sendiri.
Selama penobatan Gwen, Ella berseru bahwa dia belum ingin memberi label pada Robert dan hubungannya dulu.
Baca Juga: Camila Cabello Jadi Cinderella di Film, Shawn Mendes Cemburu?
Karena itu, sementara Ella dan Robert enggak menikah, mereka saling mencintai dan tetap bersama.
Ella memilih mimpinya daripada cinta dan dengan demikian mematahkan stereotip dongeng romantis.
Di sisi lain, Robert menyerahkan mahkotanya untuk bersama cewek yang benar-benar ia cintai.
Gwen dinobatkan sebagai Ratu pertama yang berkuasa di kerajaan.
Ending dari film Cinderella ini mengingatkan kita bahwa patriarki enggak perlu dihancurkan tetapi juga bisa diubah dengan positif.
Rowan dan Robert keduanya menunjukkan ciri-ciri toxic masculinity. Namun, film ini enggak memanfaatkan aspek-aspek ini.
Sebaliknya, ini membawa perubahan bertahap dalam ideologi mereka, dan itu bisa dibilang merupakan sorotan dari semua elemen progresif dalam versi dongeng klasik yang diperbarui.